Di Negeri Ketakutan

 Di Negeri Ketakutan

Sumber: rumah baca komunitas

Oleh: Achmad Munjid, Fakultas Ilmu Budaya UGM.


Bagai lembaga penjara, di negeri ketakutan
Pendidikan dikelola sebagai industri ketakutan
Dengan birokrasi serba curiga, penuh ketakutan
Dikontrol pejabat yang dihantui ribuan ketakutan
Sekolah-sekolah mendikte buku teks ketakutan
Murid-murid gemetar mengeja huruf ketakutan
Pendidikan dibayangi rasa takut macam-macam
Takut ketinggalan teknologi, ketinggalan informasi
Takut tercemari ideologi, takut kehilangan jati diri
Takut dianggap tak beriman, takut iman berlebihan
Guru takut pada pertanyaan
Siswa takut belajar kenyataan
Orang-orangtakut perdebatan, takut perbedaan
Sekolah dan universitas sibuk indoktrinasi
Pikiran siswa dan mahasiswa dibuat seragam
Menurut sistem yang menolak dipertanyakan
Lembaga pendidikan suntuk administrasi
Terperangkap borang-borang serba dekorasi
Jargon dan slogan-slogan tanpa substansi

Alpa ajaran guru bangsa Ki Hajar Dewantara
Tak peduli tanggung jawab utama Pendidikan:
Mengasuh watak, merdeka bernalar, terampil berkarya Agar setiap anak tumbuh wajar menjadi manusia
Paham diri sendiri, bijaksana, mandiridi tengah dunia Serupa kisah Menara Babel, tragedi kutukan

Di negeri ketakutan, akibat pendidikan ketakutan
Orang-orang tak lagi paham bahasa kebenaran
Politik dikelola buat menaklukkan kebenaran
Hukum dibuat untuk menyiasati kebenaran
Birokrasi adalah prosedur meringkus kebenaran
Pengetahuan dipelajari demi mengakali kebenaran
Agama digunakan untuk menggelorakan ketakutan
Para pemuda disihir jinak jadi domba-domba
Buat mangsa kawanan licik serigala penguasa

Di negeri ketakutan, semua takut
Para hakim takut keadilan
Anggota parlemen takut konstituen
Akademisi takut berpikir merdeka
Wartawan takut menulis fakta
Penyair takut pada kata-kata
Seniman takut pada imajinasinya
Para komika takut tertawa
Para rohaniawan takut berdoa
Para oligarki takut orang lain tahu
Bagaimana harta mereka ditimbun

Mereka membeli peraturan dan kursi kekuasaan
Juga pendongeng, tukang sulap dan juru gendam
Para penguasa takut bagaimana setan kekuasaan
Kelak datang menuntut tebusan di akhir jabatan
Mereka pun bertahan dengan segala cara
Dengan biaya apa saja, termasuk hukum dan etika
Lalu mewariskan ketakutan pada sanak keluarga
Di negeri ketakutan
Penguasa amat takut mendengar suara
Ia kunci segenap pintu dan jendela
Ia tutup segala lubang, semua telinga
Tapi siapa tak dengar suara akal dan nurani?
Seperti air dan udara ia selalu punya cara
Menyelinap lewat celah apa saja
Telinga lahir bisa disumpal
Tapi telinga batin tetap mendengar
Tekanan justru mendorong arus kian besar
Bisik samar kini menjelma gemuruh menggelegar
Dari mimbar-mimbar universitas, masjid, gereja
Dari social media, dari lembaran berita
Dari obrolan kafe, dari pernyataan resmi lembaga
Bangkit kesadaran, bahwa ketakutan hanya kalah
Oleh gelombang lebih besar gulungan ketakutan
Atau oleh suara akal, nurani dan kebersamaan
Wahai, para mahasiswa universitas ketakutan
Para dosen yang takut terhambat naik jabatan
Lulusan yang takut tak mendapat pekerjaan

Kelas bawah yang takut intimidasi kaum juragan
Kelas menengah yang takut kehilangan kesempatan Umat yang takut dosa rekaan agamawan
Agamawan yang takut jauh dari kekuasaan

Gunakan akal, ikuti nurani kalian
Mari bangkit bersama, lihat cahaya
Mari berdiri, kita erat bergandengan tangan
Hentikan kesewenangan mengangkangi kebenaran Hentikan arogansi anjing-anjing rakus penguasa
Semena menginjaki konstitusi, moralitas bangsa
Hentikan penculik akal sehat dan nurani
Jangan biarkan perampok keadilan bebas menari
Di atas nestapa nasib buruh, nelayan dan petani
Jangan biarkan kebohongan memutarbalik sejarah Kita junjung tinggi amanat para pendiri Republik
Bebaskan warga dari kerangkeng ketakutan
Biarkan para akademisi berpikir merdeka
Jangan biarkan generasi muda dikebiri
Singkirkan pengkhianat proklamasi dan reformasi Pekik demokrasi tak bisa dibungkam
Marsinah, Munir, para korban penculikan aktifis 98 Mereka telah gugur sebagai pahlawan
Di negeri ketakutan
Nyawa penyair Wiji Thukul bisa direnggut paksa
Tapi jiwa-jiwa merdeka abadi dalam puisi

SemangatWiji-Wiji Thukul tak bisa dihabisi
Hanya ada satu kata: lawan!
Bagi para pelanggar konstitusi

Hanya ada satu kata: lawan!
Bagipara pengkhianat janjireformasi
Hanya ada satu kata: lawan!
Bagipara pengingkar cita-cita proklamasi

Hanya ada satu kata: lawan!

Puisi dibacakan pada acara Kampus Menggugat di Balairung, UGM 12 Maret 2024 .

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.