Bibliosida Dokumentasi di LIPI

Rak buku koleksi yang telah kosong di LIPI. Foto diambil dari Wahyudi Akmaliah
Apakah ada di antara teman-teman di sini yang pernah datang ke PDII-LIPI? Jika ada, kalian tidak akan melihat lagi koleksi tesis dan disertasi, yang menghimpun sejumlah informasi penting, tumbuhnya para sarjana Indonesia. Ada 32 ribu judul tesis dan disertasi tersebut sudah dipindahkan dari raknya.
Bukan dihibahkan, apalagi kemudian diberikan kepada yayasan literasi lainnya, melainkan dikiloin dan kemungkinan akan dicacah menjadi bubuk untuk dibikinkan kertas lainnya. Setidaknya ada dua truk yang mengambil tesis dan disertasi tersebut. Jangan membayangkan, tesis dan disertasi itu sudah dilakukan proses digitalisasi, karena itu merupakan kerja-kerja panjang.
Padahal, tesis dan disertasi di PDII-LIPI ini merupakan gerbang terakhir koleksi dokumentasi ketika ada orang ingin mencarinya. Bagi Kepala LIPI informasi ini dianggap tidak benar dan dianggap sekedar bagian dari stock opname dan penghapusan rutin dari koleksi yang tidak relevan, sebagaimana ia ucapkan di Harian Kompas pada 9 Maret 2019.
Apa yang diomongkan secara publik itu justru jauh panggang dari api. Lebih jauh, ngiloin dua truk koleksi tesis dan disertasi itu justru menghilangkan fungsi PDII sebagai lembaga yang berfungsi bukan hanya perpustakaan, melainkan juga untuk dokumentasi ilmiah. Tindakan ini tentu saja bagian dari Bibliosida; pemusnahan buku-buku. Pemusnahan ini bagian dari penghapusan peradaban.
Jika LIPI secara lembaga telah melakukan tindakan Bibliosida di Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), sementara itu PDII adalah fondasi terakhir proses pendokumentasian di Indonesia, bagaimana kita bisa membangun ingatan kolektif tentang Indonesia, apalagi kekuatan literasi. Persis di sini, kemarahan saya kepada tindakan ini begitu tidak berbilang.
*tulisan ini berasal dari opini penulis di laman media sosial facebook. Isi dan foto adalah milik penulis. Tulisan ini dimuat atas persetujuan penulis.
1 Comment
Saat ini dg mudahnya mengakses ebook atau elibrary dr berbagai situs perpustakaan dan universitas rasanya malah lebih memudahkan. Yg pasti menghemat biaya transport dan waktu. Bila mendatangi perpustakaan blm tentu buku yg dicari ada. Sptnya penulis opini ini msh gaptek…
Comments are closed.