RBK Gelar Nobar dan Diskusi Film “Pesta Oligarki”
Rumahbacakomunitas.org | Rumah Baca Komunitas kembali menggelar rangkaian kegiatan nobar dan diskusi pada (10/11/24). Agenda kali ini sekaligus memperingati hari pahlawan nasioanal. Kita melihat bagaimana sejarah perjuangan bangsa indonesia yang berdarah-darah secara fisik dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan dalam bentuk yang berbeda harus diinisiasi oleh kalangan kaum muda yang peduli akan gagasan-gagasan kebangsaaan dan keindonesiaan. Salah satunya melalui kegiatan menghidupkan diskusi.
Bertajuk semarak memperingati hari pahlawan, diskusi kali ini menghadirkan berbagai narasumber yang ahli dibidangnya masing-masing, ada kak Ahsan Taqwim selaku perwakilan politikus muda, ada kak Riski yang aktif di organisasi keislaman IMM dan teman-teman yang lain.
Sebelum kegiatan diskusi dimulai, ada pemutaran film yang diproduksi WatchdoC Documentary yang berjudul pesta oligarki. Film pesta oligarki menyoroti berbagai isu politik yang melenceng dari nilai-nilai demokrasi itu sendiri, sehingga aktivitas politik dianggap hanya sebuah ilusi untuk mensejahterakan rakyat sebagai agenda utamanya. Alih-alih mensejahterakan rakyat, seperti judul diatas oligarki menunjukkan pada hal-hal yang bersifat mementingkan kepentingan kelompok meski dengan cara-cara yang menindas rakyat.
Seperti yang kita tahu bersama, Indonesia telah melakukan pemilu tahun 2024 dengan berbagai problem yang ada dalam prosesi pelaksanaannya. Diberbagai platform media sosial dan podcast-podcast politik gencar menyoroti isu tentang pemilihan Gibran Rakabuming yang sempat mengubah aturan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait ambang batas usia calon wakil presiden sebelum pelaksaan pemilu dimulai. Kemudian ada isu kecurangan, cawe-cawe, pelanggaran HAM dan lain sebagainya. Proses visual kejadian itu tergambar dalam film pesta oligarki. Bagaimana ayah membantu sang anak, dan sang paman juga tak mau ketinggalan, bak drama sinetron yang anaknya tak ingin ketinggalan kereta meneruskan perjuangkan bapaknya.
Oligarki seperti apa yang dikatakan oleh Winters dalam ranah aplikatif seakan relate dengan kondisi kancah perpolitikan negeri kita saat ini dalam mengelola negara. Winters dalam bukunya oligarki mengatakan bahwa yang dimaksud oligarki adalah pelaku atau aktor yang menguasai serta mengendalikan konsentrasi besar sumber daya material yang dapat dimanfaatkan demi meningkatkan atau mempertahankan posisi sosial eksklusif dan kekayaan pribadinya. Apa yang kita amati, betgitulah adanya sekarang.
Kitabisa melihat dalam koalisi kabinet saat ini, hampir tidak ada oposisi yang bisa mengawasi dan mengkoreksi kebijakan-kebijakan yang akan dibuat karena semuanya berpihak kepada penguasa, sehingga kemungkinan adanya penolakan-penokakan terkait dengan pertimbangan dalam regulasi akan sangat kecil. Apalagi jika tidak adanya keterlibatan suara rakyat disana. Hal ini akan berdampak pada kekuasaan yang oligarki.
Ada sekitar tujuh babak yang ditampilam dalam film oligarki, dimana masing-masing babak membahas tentang yang pertama isu soal pesta demokrasi, pemilu dan partai politik, ambang batas pencalonan presiden, politik transaksional, kampus menggugat, mahkamah rakyat, skor pemilu. Yang kesemuanya itu mendapatkan komentar dari masing-masing narasumber dan juga berbagai tanggapan lain yang sudah disampaikan.
Ahsan Taqwim menuturkan bahwasannya demokrasi menjadi sebuah ajang perebutan kekuasaan dimana mereka bebas menentukan caranya. “pemilu adalah konflik yang dilembagakan” pungkasnya.
Ia juga menyinggung soal bagaimana etika moral harus lebih diutamakan daripada hanya untuk kepentingan kelompok semata, sebab etis letaknya diatas hukum itu sendiri.
Komentar lain juga disampaikan oleh David Efendi, selaku Dosen Ilmu Pemerintahan UMY. Meski masyarakat sering dikhianati oleh para pemimpinnya, tetapi masyarakat jawa tak pernah menyerah dan kalah, selalu ada nilai-nilai perlawanan yang dan idelogi pergerakan. Politik kewargaan salah satunya menjadi sebuah ajang untuk terus bergerak pada kepentingan dan kebaikan rakyat.
Ia juga menyinggung bahwa keterlibatan masyarakat menjadi sangat penting dan konstitusional dalam rangka memberikan keberimbangan (check and balance). “politik kewargaan itu menjadi sebuah arus besar dalam perlawnaan, jadi tidak bergantung pada partai” imbuhnya.
Banyak ide dan gagasan yang disampaikan oleh teman-teman yang lain dalam memberikan argumen terkait huru-hara pesta oligarki yang ditunjukkan oleh kalangan penguasa saat ini. Apa yang kita lakukan adalah bagian kecil dari menjaga marwah demokrasi dan marwah politik kewargaan.