Energi Nuklir : Rahmat atau Kutukan?

 Energi Nuklir : Rahmat atau Kutukan?

Sumber : iStock (PLTN)

Kemunculan energi nuklir yang tepat pada waktunya beberapa saat silam telah membawa harapan cerah akan pasukan energi di masa depan, meski kini harapan itu mulai berangsur menyusut. Namun, hanya sedikit orang yang ingin mengetahui secara persis perihal teknologi baru ini. Memang, barang baru selalu menakjubkan dan dianggap sebagai kemajuan yang menjanjikan kemurahan. Apalagi sumber energi baru, cepat atau lambat akan segera diperlukan.

Pendapat tentang energi nuklir sebagai sebuah harapan cerah muncul pada 1957, saat itu alternatif tersebut dianggap sebuah kemajuan. Apalagi padangan ekonomi mempromosikan dambaan akan perubahan cepat. Sepertinya tidak ada lagi pertimbangan kebenaran dasar bahwa perubahan perbaikan masih perlu dipertanyakan, bukan suatu rahmat yang  sudah tak perlu diragukan. Beban pembuktian terletak pada mereka yang bertolak dari sudut pandang ekologis. Namun mereka hanya dapat memberikan kesaksian tentang luka-luka manusia. Perubahan terus berlangsung.

Sebaliknya akal sehat menuntut beban pembuktian harus ada pada mereka yang ingin memperkenalkan perubahan. Mereka harus memperlihatkan bahwa perubahan itu tidak memiliki konsekuensi merusak. Namun hal ini dianggap memakan banyak waktu dan tidak ekonomis.

Perlunya Pendidikan Ekologis

Seharusnya ekologi jadi pelajaran wajib para ekonom profesional ataupun awam. Paling tidak, hal ini dapat memperbaiki penyimbangan keseimbangan. Ilmu ekologi menyatakan, lingkungan yang terbentuk melalui jutaan meski dipertimbangkan sebagai berfaedah. Semuanya itu begitu rumit, seperti sebuah planet yang dihuni lebih dari 1,5 juta tahun spesies tanaman dan binatang. Semuanya hidup bersama dalam sebuah harmoni keseimbangan. Secara terus menerus mereka menggunakan dan kembali menggunakan molekul yang sama dari tanah dan udara. Dan itu tidak boleh dipacu dengan sebuah aktivitas tanpa tujuan.

Seharusnya ekologi jadi pelajaran wajib para ekonom profesional ataupun awam

Setiap perubahan mekanisme yang kompleks akan melibatkan sejumlah resiko. Perubahan seharusnya hanya dilakukan setelah melalui studi teliti dari setiap fakta yang ada. Perubahan seharusnya dilakukan dengan skala kecil terlebih dahulu dalam bentuk percobaan sebelum doterima secara luas. Bila informasi belum lengkap, perubahan tak boleh terlalu jauh dari proses alamiah yang terbukti telah memiliki keseimbangan untuk menunjang kehidupan dalam kurun waktu yang teramat panjang. (Ralph dan Mildred Buchsbaum, Basic Ecology, 1957).

Dari setiap perubahan yyang dilakukan manusia terhadap lingkungan alamiah, nuklir fiksi dalam skala besar merupakan yang paling berbahaya dan memerlukan perhatian. Kegiatan itu mengakibatkan radiasi ion yang menjadi pencemar lingkungan dan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup manusia di bumi.

Tak mengherankan bila atom jadi perhatian masyarakat awam, meskipun kecil kemungkinannya untuk dipergunakan kembali. Bahaya bagi kemanusiaan akibat penggunaan tenaga atom untuk tujuan damai mungkin lebih besar lagi. Juga tak ada contoh yang jelas bagaimana orang untuk mengatasi kekuasaan ekonomi. Apakah untuk membangun pembangkit konvensional batubara atau minyak, atau pembangkit nuklir, keputusan yang diambil selalu dalam batasan ekonomi. Dan hanya sedikit memperhitungkan kosekuensi sosial yang mungkin timbul akibat sikap terburu-buru yang berlebihan untuk memangkas industri batubara?

Ancaman Nuklir itu Nyata

Ancaman fisi nuklir, yang mewakili kemustahilan, merupakan ancaman yang tak terbayangkan bagi kehidupan umat manusia. Orang-orang yang berkecimpung untuk menilai bahaya, seperti perusahaan asuransi, menolak untuk mempertanggungjawabkannya. Pembangkit nuklir dimanapun di dunia akan menghasilkan suatu peraturan khusus dimana negara akhirnya harus membayar jumlah tanggungan besar. Diasuransikan atau tidak, bahaya akan tetap ada, meski dalam pikiran utama ahli ekonomi, program itu ada yang membayar.

Akibat pancaran sinar Alfa, Beta dan Gama pada jaringan hidup telah diketahui dengan jelas. Partikel radiasi ibaratnya sebuah peluru yang merusak sebuah organisme. Kerusakan yang ditimbulkan tergantung dari dosis dan jenis sel terburuknya.

Pada 1927 seorang ahli Biologi Amerika, H. J. Muller, mempublikasikan makalahnya yang terkenal mengenai mutasi genetik yang ditimbulkan oleh tembakan sinar-X secara terus-menerus. Dan sejak awal 30-an telah diketahui bahwa radiasi menimbulkan bahaya genetika. Hal ini diketahui oleh mereka yang bukan ahli genetika. Jelas, bahwa radiasi sangat berbahaya bukan hanya pada mereka yang terkena  langsung, tetapi juga pada keturunannya.

Dimensi baru terlihat pada fakta di mana manusia kini dapat dan bisa menciptakan elemen radioaktif. Tak satupun bisa berupaya mengurangi radioaktivitas yang telah diciptakannya itu. tak ada reaksi kimia, tidak pula intervensi fisika, apabila sebuah radioaktivitas telah berlangsung. Hanya waktu yang bisa mengurangi intensitas radioaktivitasnya.

Unsur Carbon-14 (C-14) memiliki waktu 5.900 tahun. Untuk menurunkan radioaktivitas separuh dari sebelumnya, butuh waktu hampir 6000 tahun. Waktu Strontium-90 adalah 28 tahun. Memang, bagaimanapun panjangnya waktu paruh, sejumpah radiasi berlangsung hampir secara terus-menerus. Dan tak satupun mengenai hal itu yang bisa. Kecuali mencoba mengurung dan meletakkan radioaktif di tempat aman.

Tapi dimana tempat yang aman bagi sejumlah besar lembah radioaktif yang dihasilkan reaktor nuklir? Tak ada tempat di bumi yang bisa dikatakan aman! Pernah muncul upaaya jalan pemecahan, bahwa limbah seperti itu bisa ditimbun dibagian laut yang terdalam, dengan perhitungan di kedalaman seperti itu tidak ada kehidupan.

Ternyata sebuah eksplorasi laut dalam Rusia membuktikan bahwa asumsi itu salah. di mana ada kehidupan, substansi radioaktif akan diserap ke dalam rantai biologis. Beberapa jam saja limbah itu berada di perairan, sebagian besar radioaktif sudah akan ditemukan dalam organisme laut. Plankton, ganggang dan banyak binatang laut memiliki kemampuan mengkonsentrasikan limbah dengan faktor kelipatan sampai 1.000 dan dalam sejumlah kasus malah mencapai angka sejuta. Ketika sebuah organisme disantap organisme lainnya, materi radioaktif akan memsuki kehidupan dan menemukan jalan untuk kembali kepada manusia.

Belum ada perjanjian internasional yang mengatur pembuangan limbah nuklir. Limbah tingkat tinggi sekarang terus dibuang ke laut. Sedang limbah menengah dan rendah mengalir  ke sungai atau langsung  ke dalam tanah. Sebuah laporan Komisi Energi Atom memperlihatkan, bahwa limbah cair merembes perlahan sampai ke air tanah, meninggalkan semua atau sebagian radioaktifnya didalam tanah secara fisik dan kimiawi.

Limbah termasif tentu saja adalah reaktor nuklir itu sendiri, setelah tidak lagi beroperasi. Telah banyak diskusi yang sebenarnya remeh untuk mempertanyakan kemampuan ekonomis, apakah sebuah reaktor mampu berngsi selama 20, 25 atau 30 tahun. Tapi tak ada yang mendiskusikan masalah kemanusiaan yang vital, bahwa reaktor itu tak bisa dibongkar atau dipindahkan. Sebuah reaktor akan tetap berdiri di tempatnya. Mungkin sampai berabad-abad dan robuan tahun. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia bisa menghamburkan debu radioaktif ke udara, air dan tanah. Ia akan menjadi ancaman aktif bagi semua kehidupan.

Sepertinya tak ada yang memperhatikan, bahwa sejumlah “pabrik setan” seperti itu akan terus berakumulasi. Gempa bumi tidak diharapkan terjadi. Begitu pula perang, kerusakan sosial, ataupun pemogokan yang sering menimpa kota-kota di Amerika. PLTN yang tak lagi digunakan akan berdiri seperti monumen bisu yang merusak perkiraan mansia bahwa tak akan terjadi apa-apa. Mulai dari sekarang sebenarnya kita harus menimbang-nimbang kembali kebijakan yang ada. Sepertinya main-main, masa depan hanya dihitung dengan cara membandingkannya dengan penambahan sepintas keuntungan ekonomis saat ini.

Sementara itu, sejumlah otoritas telah mencoba menetapkan konsentrasi maksimum dan aras maksimum yang diizinkan bagi sejumlah elemen radioaktif. Tujuan pembatasan itu untuk menentukan kuanttas substansi radioaktif yang masih bisa diakumulasi tubuh manusia. Namun, seperti yang telah diketahui, setiap akumulasi menimbulkan kerusakan biologis. Menurut sebuah observasi Laboratorium Radiologi Angkatan Laut AS, “Sejak kita tidak mengetahui bahwa efek itu dapat disembuhkan secara total, kita harus tergantung pada keputusan yang tidak sepenuhnya benar tentang berapa banyak kita menerima hal-hal seperti ‘bisa diterima’ atau ‘diizinkan’, bukan melalui sebuah temuan ilmiah. Tapi melalui keputusan ‘administratif’.

Kita tidak perlu terkejut, bahwa seorang tokoh yang terkenal kepintaran dan integritasnya seperti Albert Schweitzer menolak menerima keputusan administrasi seperti itu. “Siapa yang memberikan mereka hak untuk berbuat itu? Siapa yang memberi hak untuk memberi izin seperti itu?” Sejarah dari keputusan-keputusan seperti itu seungguh mencemaskan.

Bagaimana pun juga kita harus berhati-hati agar tidak hilang di hutan kontroversi yang berkembang dibidang ini. Bahaya paling serius telah diciptakan oleh penggunaan energi atom untuk maksud damai. Hal ini mempengaruhi bukan saja masyarakat masa kini, tapi juga seluruh generasi masa depan.

Bahaya paling serius telah diciptakan oleh penggunaan energi atom untuk maksud damai. Hal ini mempengaruhi bukan saja masyarakat masa kini, tapi juga seluruh generasi masa depan

Sejauh ini energi nuklir yang digunakan memang masih berada dalam skala statistik yang tidak signifikan. Tapi pengembangan yang sebenarnya segera datang, dengan skala di mana hanya beberapa orang saja yang mampu membayangkannya. Jika ini betuul-betul terjadi, akan timbul lalu-lintas substansi radioaktif terus-menerus. Dari pabrik yang “panas” ke pembangkit nuklir dan kembali lagi. Dari pabrik pengolahan limbah, dan dari sana ke tempat penimbunan.

Kecelakaan serius, yang mungkin terjadi saat proses transportasi atau produksi akan menimbulkan malapetaka besar. Aras radiasi di seluruh dunia akan naik tanpa mengenal kasihan dari generasi ke generasi. Sebab semua gen hidup mengalami kerusakan secara melonjak dalam jumlah mutasi yang membahayakan.

Para pakar genetika telah memperingatkan, bahwa segala sesuatu yang mungkin harus dilakukan guna menghindarkan setiap kenaikan angka mutasi. Ahli medis mendesak, semestinya masa depan energi nuklir betul-betul mengandalkan sepenuhnya pada riset maslah radioasi biologi yang saat ini masih bisa dibilang belum sepenuhnya lengkap. Ahli fisika mengatakan, bahwa dengan mempertimbangkan segala faktor untung-rugi sebuah nilai heroisme membangun reaktor nuklir, seharusnya ada upaya untuk mencoba memecahkan masalah pasokan energi di masa depan. Hal terakhir ini adalah sebuah masalah gawat.

Ketika Presiden Eisenhower meluncurkan  atom untuk tujuan damai pada 8 Desember 1953, sejumlah pemimpin mahasiwa yang mendalami masalah strategi dan politik telah memperingatkan bahwa sebetulnya tak ada harapan untuk melindungi pengembang-biakan bom atom.

Agaknya, semua pendapat penting seperti itu belum diikutsertakan dalam perdebatan yang ada. Apakah kita akan segera masuk pada program besar nuklir kedua? Atau menunggu sedikit lebih lama lagi untuk menggunakan bahan bakar konvensional, yang apa pun juga yang dikatakan para  penentangnya, tidak melibatkan kita semua dalam sesuatu yang baru. Terutama tenaga nuklir yang diakui mempunyai resiko yang tak bisa dihitung. Tak satupun diantara mereka yang melihat keseluruhan argumen yang sesungguhnya sangat vital mempengaruhi masa depan manusia. Pembicaraan hanya berlangsung secara ekslusif dalam terminologi cepatnya meraup keuntungan, bagai dua tukang loak yang coba bersepakat soal potongan harga.

Apa arti busuknya udara oleh asap dibandingkan dengan pencemaran di udara, air dan tanah karena radiasi ion? Yang jelas, saya tak menginginkan satu pun pencemaran udara dan air. Tapi bila kita menghadapinya, kita harus tahu bahwa ada perbedaan dimensi antara keduanya. Polusi radioaktif lebih jahat dan tak terbandingkan dengan dimensi besar lain yang pernah diketahui manusia sebelumnya. seseorang mungkin akan bertanya, apa perlu-perlunya mempertahankan udara yang bersih, jika seluruh udara telah dipenuhi partikel radioaktif? Dan meskipun udara bisa dilindungi, bagaimana jika tanah dan air teracun?

Seorang pakar ekonomi akan bertanya apa artinya kemajuan  ekonomi, yang biasanya dikatakan berdasar standar tinggi kehidupan, apabila bumi dan keseluruhan bumi yang kita miliki telah terkontaminasi oleh masalah berskala dunia. setiap diri kita harus mengadili diri dan pekerjaannya dengan instrumen yang merusak. Bahkan mereka yang di reaktor pembangkit hanya sedikit lebih terkungkung kesalahan dibanding rekan-rekannya yang mengembangkan senjata nuklir.

Idealisme Ekologis

Naluri untuk melindungi diri, yang harus diperhitungkan, seharusnya membuat kita kebal akan rayuan dan sikap optimistik para ahli, khususnya pada obral janji-janji akan kemajuan ekonomi yang belum terbukti. Seorang komentator  baru-baru ini mengatakan, “Sampai titik ini belumlah terlambat bagi kita untuk memikirkan ulang pemikiran lama dan membuat yang baru. Manurutnya lebih lanjut, “Akhirnya ada saat dimana tersdia pilihan. Padahal telah cukup banyak pusat radioaktivitas didirikan. Saat itu sudah tak ada lagi pilihan, apakah kita dapat menghadapi malapetaka atau tidak”.

Jelas bahwa bentuk-bentuk kemajuan ilmu dan teknologi selama 30 tahun terakhir telah memproduksi dan akan terus memproduksi malapetaka dalam bentuk yang tak bisa lagi ditolerir. Menyinggung hal seperti itu – tak ada keraguan – sepertinya kita akan membiarkan seseorang terbuka menjadi penentang ilmu, teknologi dan kemajuan.

Saya ingin menambahkan suatu kesimpulan tentang riset sains di masa depan, lebih daripada dia dapat hidup tanpa sains dan teknologi, lebih daripada dia dapat hidup menentang alam. Yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati adalah arah riset sains. Kita tak bisa mmembiarkan hal itu hanya berada pada pada para ahli belaka. Seperti Einstein  sendiri yang pernah mengatakan, bahwa hampir semua pakar sains secara ekonomis sangat tergantung, sedangkan pakar yang memiliki rasa tanggung jawab sosial jumlahnya sangat sedikit. Akibatnya, mereka tak dapat menentukan arah riset.

bahwa hampir semua pakar sains secara ekonomis sangat tergantung, sedangkan pakar yang memiliki rasa tanggung jawab sosial jumlahnya sangat sedikit

Einstein

Hal yang sama juga berlaku bagi para spesialis di bidangnya. Nakanya tugas berikut jatuh kepada masyarakat awam yaang pintar, kepada kelompok masyarakat seperti “Masyarakat Nasional Untuk Udara Bersih” dan sejenisnya. Masyarakat harus bekerja untuk memebentuk opini masyarakat, sehingga politikus akan tergantung pada opini masyarakat dan dipaksa membebaskan dirinya dari perbudakan ekonomis semata. Dengan demikian mereka akan betul-betul menaruh perhatian pada segala masalah yang ada.

Yang penting, seperti yang saya kataakan, arah riset seharusnya menuju ke anti kekerasan melalui kerjasama yang harmonis dengan alam dan bukan dengan pertempuran menghadainya, melalui keheningan, energi rendah dan kerapian. Riset harus tidak lagi merupakan bagian dari pemecahan masalah yang secara ekonomis berlangsung lebih kasar, penuh limbah dan kekikukan ilmu pengetahuan manusia dewasa ini.

Keberlanjutan kemajuan sains dengan sebuah arah yang menunjukkan terjadinya peningkatan kekerasan – berpuncak pada fisi nuklir yang bergerak ke fusi nuklir – adalh prospek teror yang mengancam pemusnahan manusia. Ada kemungkinan terjadi pemberian hidup dan penambahan kehidupan. kesadaran eksplorasi dan pemupukan semua aspek kehidupan tanpa kekerasan, harmonis, dengan metode kerjasama secara organik dalam sistem yang menyeluruh dan lengkap telah diberikan Tuhan secara alamiah. Kita merupakan bagian dari itu semua.

Tak ada tingkatan kemakmuran yang dapat membenarkan akumulasi sejumlah besar substansi yang sangat beracun tanpa seorang pun tahu bagaimana membuatnya “aman” dan akan tetap menimbulkan bahaya yang tak terhitung bagi seluruh masa sejarah meupun aabad secara ekologis. Bertindak seperti itu adalah sikap yang sebenarnya melawan hakikat kehidupan itu sendiri. Suatu pelanggaran mutlak lebih serius ketimbang semua sejarah perbuatan jahat yang pernah dilakukan manusia. Pemikiran bahwa peradaban dapat terus berkelanjutan dalam basis pelanggaran seperti itu adalah suatu pelanggaran etika, spiritual dan metafisika yang sanagat menakutkan. Seolah-olah upaya pemecahan permaslahan ekonomi yang ada sama sekali tak memperhitungkan faktor manusia.

Oleh : E.F. Schumacher

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.