Program Al-Maun Goes to Village di Wadas Sebagai Solidaritas Kemanusiaan Korban Tambang
Sumber: LHKP PPM
Melalui bidang hukum ham dan hikmah PP Muhammadiyah sejak tahun 2021 terlibat aktif mendampingi warga Masyarakat desa Wadas yang menjadi lokasi tambang Andesit untuk proyek strategis nasional yaitu Bendungan Bener di Purworejo. Awal mula konflik karena warga keberatan kampungnya ditambang. Banyak intimidasi dan kekerasan di awal proses pembebasan lahan ini hingga akhirnya sebagian warga terpaksa menyerahkan tanahnya diganti dengan uang.
Serangkaian dengan program Al-Maun Goes to Village (AGV), sejumlah perwakilan pengurus Muhammadiyah bersilaturahim ke Desa Wadas, Kabupaten Purworejo pada Selasa siang (13/8). Perwakilan tersebut ialah Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) bersama dengan Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (MHH) PPM dan Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik (LBH AP).
Silaturahim kali ini berkaitan dengan upaya menemani warga terdampak krisis sosio-ekologis akibat pertambangan quarry untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener.
Kegiatan Al-Maun Goes to Village (AGV) sendiri sudah berjalan sekitar Mei tahun ini. Pokok kegiatannya adalah peningkatan daya ekonomi masyarakat Wadas dalam sektor peternakan. Kegiatan Al maun goes to village lainnya juga dilaksanakan di Banyuwangi dan Batam.
Perampasan lahan-lahan warga oleh perusahaan pertambangan menyebabkan berkurangnya ruang hidup dalam konteks luas dan lahan pertanian sebagai sumber penghasilan petani. Maka dari itu, siasat kreatif untuk tetap mendapatkan sumber ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan sangat diperlukan, seperti upaya membangun usaha peternakan berbasis komunitas.
Peternakan dengan pengelolaan berbasis komunitas ini dinamakan Wadas Farm yang berfokus pada komoditas kambing. Pendampingan warga pengelola Wadas Farm, sebagian besar anak-anak muda, diupayakan secara menyeluruh. Mulai dari pelatihan manajemen bisnis, pembangunan kandang, konsultasi hewan ternak, perencanaan kedaulatan pakan ternak, sampai urusan kedaulatan obat bagi hewan ternak. “Semoga program ini bisa lestari berapapun warganya yang masih bertahan memperjuangkan idealisme lingkungan hidup. Kami setia pada warga Wadas untuk tetap menemani sampai batas akhir,” pungkas David Effendi, Sekretaris LHKP PPM. Rombongan LHKP juga hadir tim pengurus harian ketua LHKP PPM, Dr Ridho Al Hamdi, wakil bendahara Ibu Dr Shanty Saleh, dan juga Anggota LHKP Sanna Ulail.
Selain berfungsi untuk menjaga ketahanan ekonomi dasar dan kelestarian lingkungan, hasil pendapatan dari ternak ini juga dapat menjaga perjuangan hukum warga Wadas. Pasalnya, rutinitas sidang di pengadilan untuk mempertahankan tanah warga dari pencaplokan pertambangan sungguh menguras tenaga, waktu, dan biaya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa sumber pendapatan dari Wadas Farm juga menjadi penjaga api semangat perjuangan ruang hidup masyarakat.
Turut hadir pula M. Busyro Muqqodas dalam silaturahim ini. Beliau memberi banyak suntikan semangat kepada warga Wadas yang senantiasa konsisten mempertahankan keadilan warga di tengah gempuran eksploitasi pertambangan. “Walaupun Muhammadiyah ada kesamaannya dengan NU, yaitu menerima izin usaha tambang, tetapi Muhammadiyah melalui LHKP MHH dan LBH AP itu tetap akan mendampingi masyarakat, agama, suku apapun juga. Semoga tidak, menjadi korban PSN (Proyek Strategis Nasional),” tegas Busyro Muqqodas.
Dilanjutkannya bahwa Muhammadiyah tetap memiliki misi membela yang lemah yang sesuai dengan semboyan dari Muhammadiyah yaitu, penolong kesengsaraan oemoem (PKO), termasuk kambing-kambing kita bela, kita beri kandang yang baik.
Maka dari itu, pembaruan distribusi zakat-amal-infak (ZIS) juga dilakukan sesuai kebutuhan warga, seperti di Desa Wadas ini. Dengan tujuan supaya pengelolaan kambingnya semakin berkemajuan, silaturahim ini juga dibersamai dengan Muhammad Abduh Zulfikar dan Syafi’i Latuconsina.

Keduanya membagi pengetahuan dan menemani diskusi terkait pemberdayaan petani berbasis komunitas. Kedatangan para ahli dan praktisi ini menjadi tambahan motivasi, “Oleh karena itu, kali ini kami membawa serta Pak Syafi’i Latuconsina selaku ahli pertanian dan Mas Zulfikar selaku ahli peternakan,” lanjut Busyo Muqqodas, sebagai bagian dari misi Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).