Retorika atau Realita? Menakar Aksi Nyata Anak Muda dalam Mengahadapi Krisis Iklim

 Retorika atau Realita? Menakar Aksi Nyata Anak Muda dalam Mengahadapi Krisis Iklim

Sumber: Rumah Baca Komunitas

Oleh: Dinul Qoyyimah, Pegiat Literasi Rumah Baca Komunitas


Kenaikan suhu global yang signifikan, bencana alam ekstrem yang semakin sering melanda, dan ancaman serius terhadap keberlangsungan ekosistem serta kesehatan manusia telah menjadi bukti nyata dari dampak perubahan iklim. Di tengah situasi yang mendesak ini, generasi muda telah muncul sebagai kekuatan baru yang berani menyuarakan keprihatinan mereka. Melalui platform media sosial, mereka dengan lantang mengkritik kebijakan yang merusak lingkungan dan menawarkan solusi-solusi inovatif untuk mengatasi krisis iklim. Namun, pertanyaan mendasar muncul “Sejauh mana semangat juang generasi muda ini dapat diterjemahkan menjadi tindakan nyata yang berdampak signifikan?” Apakah upaya mereka hanya akan berhenti pada sebatas tagar dan unggahan di media sosial, ataukah akan mampu mendorong perubahan sistemik yang kita butuhkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menganalisis lebih dalam tantangan dan peluang yang dihadapi oleh generasi muda dalam memperjuangkan masa depan planet kita.

Anak muda saat ini memang hidup di era informasi, di mana dampak krisis iklim dapat mereka lihat langsung dari layar ponsel. Kesadaran yang tinggi ini membuat mereka merasa terancam oleh dampak yang mengancam masa depan mereka. Aktivis muda seperti Greta Thunberg dan gerakan “Fridays for Future” memobilisasi jutaan anak muda untuk turun ke jalan menuntut perhatian dunia terhadap masalah ini. Meskipun begitu, banyak yang mempertanyakan “apakah keberanian berbicara ini benar-benar dibarengi dengan tindakan konkret yang mampu membawa perubahan?”

Di sisi lain, berbagai tantangan nyata menghambat aksi anak muda, banyak yang terbatas dalam akses dan sumber daya, seperti pilihan gaya hidup ramah lingkungan yang seringkali mahal dan tidak terjangkau. Gaya hidup berkelanjutan, seperti beralih ke energi terbarukan atau menggunakan produk bebas plastic membutuhkan biaya dan akses yang belum merata. Selain itu, anak muda harus berhadapan dengan sistem ekonomi dan politik yang masih berorientasi pada keuntungan industri yang sering mengabaikan isu keberlanjutan. Dalam konteks ini, anak muda yang ingin beraksi dihadapkan pada dilema besar bisakah individu melakukan perubahan dalam skala besar, ataukah sistem besar harus lebih dulu berubah?

Meski begitu, upaya-upaya kecil tetap terjadi di berbagai sudut, banyak anak muda yang mulai merintis start-up inovatif berfokus pada solusi hijau, seperti produk daur ulang dan teknologi alternatif ramah lingkungan. Beberapa juga memilih untuk mengubah gaya hidup mereka, mengurangi konsumsi daging, beralih ke produk-produk berkelanjutan, dan menyebarkan kesadaran lingkungan melalui media sosial. Ini mungkin langkah kecil, tetapi mampu menggerakkan tren perubahan yang bisa membawa dampak lebih besar.

Ada juga kelompok anak muda yang lebih berani terjun ke ranah kebijakan seperti mengajukan petisi, bergabung dalam program pemerintahan, dan memperjuangkan kebijakan lingkungan yang lebih tegas. Perjuangan ini adalah bukti nyata bahwa banyak dari mereka siap melewati batas retorika. Namun, mereka tetap membutuhkan dukungan besar dari generasi terdahulu, kebijakan pemerintah yang tegas, serta komitmen industri untuk benar-benar mengurangi jejak karbon.

Akhirnya, krisis iklim bukan hanya urusan generasi muda saja tetapi juga masalah semua pihak yang memerlukan kolaborasi lintas generasi. Semangat anak muda untuk perubahan memang luar biasa, tetapi tanpa dukungan penuh dari sistem yang lebih luas, aksi mereka dapat tersendat. Krisis iklim membutuhkan aksi nyata di berbagai level mulai dari individu hingga kebijakan global. Dengan dukungan yang tepat, aksi nyata ini bisa melampaui retorika dan menjadi solusi nyata untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. “Bersama-sama kita hidup, bersama pula kita menjaga bumi”

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.