Refleksi Akhir Tahun: Pesimisme Gen Z Darah Bugis-Makassar dalam Menghadapi Tahun 2025

 Refleksi Akhir Tahun: Pesimisme Gen Z Darah Bugis-Makassar dalam Menghadapi Tahun 2025

Ilustrasi Klikmu.co

Menghitung jam menghadapi pergantian tahun menuju 2025, saya melihat beberapa generasi muda Indonesia berada di persimpangan jalan yang penuh ketidakpastian, khususnya Gen Z yang berdarah Bugis-Makassar seperti saya, dihadapkan pada berbagai tantangan yang memunculkan rasa pesimisme.

Ketidakpastian itu muncul dalam bentuk kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Kebijakan ini dinilai sebagai pukulan telak bagi perekonomian masyarakat, khususnya kelompok muda seperti saya yang tengah berjuang membangun masa depan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Kenaikan PPN 12% yang direncanakan pemerintah menimbulkan kekhawatiran besar, terutama bagi generasi muda yang baru memulai karir atau bisnis. Gen Z dengan akar budaya Bugis-Makassar dikenal sebagai generasi yang ulet dan berjiwa perantau. Namun, kebijakan seperti ini berpotensi meredam semangat mereka, mengingat beban ekonomi yang semakin berat akibat inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.

Gambar 1. Grafik perkembangan inflasi umum tahunan dan kenaikan tarif PPN & grafik Potensi Kenaikan Pengeluaran rumah tangga (Huda et al., 2024)

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan kebijakan khusus yang dapat berdampak signifikan terhadap situasi ekonomi Gen Z. Tarif PPN yang lebih tinggi dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, yang secara tidak proporsional mempengaruhi kaum muda yang sudah berjuang secara finansial.

Misalnya, sebuah kajian tentang dampak kenaikan pajak menunjukkan bahwa pajak yang lebih tinggi menyebabkan berkurangnya pembelian barang, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga dapat mengubah pola konsumsi (Waterlander et al., 2014). Ini menunjukkan bahwa kenaikan PPN juga dapat mengurangi pendapatan yang dapat dibelanjakan dan membatasi pengeluaran untuk barang-barang penting dan non-esensial.

Kenaikan PPN akan langsung berdampak pada harga barang dan jasa. Kajian yang dilakukan oleh (Bogueva et al., 2024; Bogueva & Marinova, 2024) bahwa, Gen Z yang umumnya belum memiliki penghasilan stabil dan meningkatnya biaya hidup merupakan kekhawatiran yang signifikan bagi Gen Z, sehingga akan sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, menabung dan mengalokasikan dana untuk berinvestasi di masa depan mereka. Dampak berantai dari penurunan daya beli dan kesulitan bisnis akan memperburuk ketimpangan kesempatan kerja. Gen Z terancam menghadapi pengangguran yang lebih tinggi.

Harga barang dan jasa yang semakin mahal menambah kesulitan bagi generasi muda untuk memenuhi tuntutan tradisi tanpa mengorbankan kebutuhan dasar dan investasi masa depan.

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh (Racolţa-Paina & Irini, 2021; Sakashita, 2020) dalam kajiannya bahwa, Gen Z yang memasuki dunia kerja selama periode ketidakpastian ekonomi, akan dihadapkan pada resiko keamanan kerja dan stabilitas pendapatan mereka. Kombinasi tantangan ekonomi yang ada dan beban keuangan tambahan dari kebijakan seperti kenaikan PPN dapat memperdalam rasa pesimisme di kalangan Gen Z, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk membayangkan masa depan yang stabil dan sejahtera (Benasso & Cuzzocrea, 2019; Sakashita, 2020).

Uang panai dalam tradisi Bugis-Makassar, yaitu sejumlah harta yang disiapkan sebagai mahar pernikahan yang mencerminkan status sosial dan harga diri keluarga. Tradisi ini memiliki nilai simbolis yang kuat, yang dipraktekkan oleh masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan, Indonesia, adalah praktik budaya penting yang melibatkan pemberian uang oleh keluarga pengantin pria kepada keluarga pengantin wanita sebagai bagian dari proses pernikahan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Syatar et al., 2023) mengungkapkan bahwa, tradisi ini tertanam dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat dan melayani berbagai tujuan, termasuk demonstrasi rasa hormat, status sosial, dan penguatan ikatan keluarga. Namun, Pengenaan PPN 12% dapat meningkatkan beban keuangan bagi keluarga yang berpartisipasi dalam tradisi Uang Panai’, yang melibatkan pengeluaran yang signifikan untuk upacara pernikahan. Hal ini dapat menyebabkan penolakan atau modifikasi dalam tradisi untuk mengakomodasi peningkatan biaya.

Kenaikan PPN 12% memperburuk tekanan finansial ini. Harga barang dan jasa yang semakin mahal menambah kesulitan bagi generasi muda untuk memenuhi tuntutan tradisi tanpa mengorbankan kebutuhan dasar dan investasi masa depan. Dalam situasi ini, nilai-nilai yang ada dalam tradisi tersebut, akan berpotensi tergerus oleh realitas ekonomi yang memaksa individu untuk berutang atau menunda pernikahan.

Tradisi uang panai’ yang dulu menjadi kebanggaan budaya, kini bisa berubah menjadi sumber kecemasan yang memperkuat pesimisme di kalangan Gen Z Bugis Makassar. Alih-alih memperkuat ketahanan budaya, kebijakan ekonomi seperti PPN 12% mempersempit ruang gerak generasi muda untuk mempertahankan tradisi ini tanpa merasa terbebani secara ekonomi.

Menunggu jam-jam terakhir menuju Tahun 2025,  angin polusi bak kotor dan pekat yang membawa ketidakpastian dan tantangan yang signifikan, khususnya dengan adanya kebijakan PPN 12% yang sangat memberatkan. Kebijakan ini mencerminkan ketidakpekaan terhadap kondisi ekonomi riil masyarakat dan mengancam keseimbangan antara kewajiban ekonomi dan tradisi budaya seperti uang panai’.

Dalam situasi ini, diperlukan evaluasi kritis terhadap kebijakan yang diambil dan dapat dipertimbangkan kembali, agar tidak semakin memperlebar jurang ketimpangan sosial dan ekonomi serta menggerus nilai-nilai budaya yang telah menjadi identitas masyarakat Bugis-Makassar khususnya Gen Z sebagai pewaris tradisi.

Daftar Pustaka

Benasso, S., & Cuzzocrea, V. (2019). Generation Z In Italy: Living In A Soap Bubble. In Generations Z In Europe: Inputs, Insights And Implications (Pp. 149–168). Emerald Group Publishing Ltd. Https://Doi.Org/10.1108/978-1-78973-491-120191016

Bogueva, D., & Marinova, D. (2024). Health, Nutrition, And Exercise. In Gen Z Around The World: Understanding The Global Cohort Culture Of Generation Z (Pp. 79–89). Emerald Publishing. Https://Doi.Org/10.1108/978-1-83797-092-620241009

Bogueva, D., Marinova, D., Waechter, N., & Tekiner, I. H. (2024). Societal Concerns. In Gen Z Around The World: Understanding The Global Cohort Culture Of Generation Z (Pp. 119–127). Emerald Publishing. Https://Doi.Org/10.1108/978-1-83797-092-620241013

Huda, N., Askar, M. W., Yudhistira, B., Bakhrul, A. M., Darmawan, J., & Muhamad, G. D. (2024). Ppn 12%: Pukulan Telak Bagi Dompet Gen Z Dan Masyarakat Menengah Ke Bawah.

Racolţa-Paina, N. D., & Irini, R. D. (2021). Generation Z In The Workplace Through The Lenses Of Human Resource Professionals – A Qualitative Study. Quality – Access To Success, 22(183), 78–85.

Sakashita, M. (2020). Generation Z In Japan: Raised In Anxiety. In The New Generation Z In Asia: Dynamics, Differences, Digitalization (Pp. 55–70). Emerald Group Publishing Ltd. Https://Doi.Org/10.1108/978-1-80043-220-820201007

Syatar, A., Bakry, M., Ali Rusdi Bedong, M., Ahmad, & Pallawagau, B. (2023). The Development Of Fatwas Based On Local Wisdom To The National Level: A Case Study Of Panaik Money Fatwa. El-Mashlahah, 13(2), 133–150. Https://Doi.Org/10.23971/El-Mashlahah.V13i2.7373

Waterlander, W. E., Ni Mhurchu, C., & Steenhuis, I. H. M. (2014). Effects Of A Price Increase On Purchases Of Sugar Sweetened Beverages. Results From A Randomized Controlled Trial. Appetite, 78, 32–39. Https://Doi.Org/10.1016/J.Appet.2014.03.012


Oleh Fajar Aswad Asruddin

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.