Paradigma baru dalam ilmu pengetahuan

 Paradigma baru dalam ilmu pengetahuan

Oleh: Fritjof Capra

paradigma ilmiah lama dapat disebut paradigma Cartesian, Newtonian, atau Baconian karena ciri-ciri khasnya yang utama adalah hasil rumusan dari Descartes, Newton, dan Bacon.

sedangkan paradigma baru dapat disebut paradigma holistik, ekologis, atau sistemik, meski tidak satupun dari sifat-sifat ini yang dapat mencirikannya secara lengkap.

Pemikiran paradigma baru dalam ilmu pengetahuan meliputi lima kriteria dua yang mengacu kepada pandangan kita atas alam ketiga berikutnya mengacu kepada epistemologi yang kita anut

pergeseran dari bagian menuju keseluruhan

dalam paradigma lama diyakini bahwa dalam setiap sistem yang kompleks dinamika dari keseluruhannya(the whole) dapat dipahami melalui sifat-sifat bagian-bagiannya(the parts).

dalam paradigma baru hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhannya menjadi terbalik. Sifat bagian-bagian dapat dimengerti hanya melalui dinamika keseluruhannya. akhirnya, tidak ada bagian-bagian sama sekali. Apa yang kita sebut dengan bagian tidak lain adalah sebuah pola di dalam sebuah jaringan hubungan hubungan yang saling terkait, tak terpisahkan

pergeseran dari struktur kepada proses

dalam paradigma lama diyakini bahwa terdapat struktur struktur fundamental dan ada daya daya serta mekanisme-mekanisme yang melalui keduanya struktur-struktur fundamental di atas saling berinteraksi dan itulah yang menghasilkan proses

dalam pandangan baru setiap struktur selalu dipandang sebagai manifestasi dari proses yang mendasarinya. Seluruh jaringan hubungan-hubungan pada hakekatnya bersifat dinamis

Pergeseran dari ilmu pengetahuan objektif menjadi ilmu pengetahuan epistemik

dalam paradigma lama, penjelasan atau deskripsi ilmiah diyakini bersifat objektif yakni terlepas dari manusia yang mengamati dan dari proses pengetahuan.

Dalam paradigma baru diyakini bahwa epistemologi— pemahaman atas proses pengetahuan– secara eksplisit tercakup ke dalam penjelasan terhadap fenomena alamiah

pada titik ini tak terdapat kesepakatan tentang epistemologi manakah yang tepat. Namun demikian, mulai muncul kesepakatan bahwa epistemologi harus menjadi bagian integral dari setiap teori ilmiah.

pergeseran metafora pengetahuan dari bangunan menjadi jaringan

metafora pengetahuan yang diibaratkan sebagai bangunan–hukum fundamental, prinsip-prinsip dasar, tiang tiang penyangga, dan sebagainya– telah digunakan dalam dunia ilmu dan filsafat selama ribuan tahun.

selama berlangsungnya pergeseran pergeseran paradigma dirasakan pohon dasi fondasi pengetahuan itu telah rapuh.

Dalam paradigma baru Mitra bangunan tua digantikan dengan metafora jaringan kerja(network). Sebagaimana yang kita lihat realitas merupakan jaringan hubungan hubungan penjelasan yang kita lakukan demikian pula membentuk jaringan kerja yang saling berhubungan dalam menghadirkan fenomena yang diamati dalam jaringan kerja semacam itu tidak akan ada tingkatan tingkatan (hierarki) maupun fondasi-fondasi

pergeseran dari bangunan kepada jaringan kerja juga mengimplikasikan ditinggalkannya ideal ilmu fisika sebagai pola ideal dimana ilmu-ilmu yang lain dipadukan dan ditentukan ataupun sebagai sumber utama metafora metafora bagi penjelasan ilmiah

pergeseran dari kebenaran menjadi deskripsi kira-kira

paradigma Cartesian didasarkan pada keyakinan bahwa pengetahuan ilmiah mampu mencapai Kepastian Yang mutlak dan final.

dalam paradigma baru diakui bahwa semua konsep teori dan hasil penelitian selalu terbatas dan bersifat
kira-kira.

ilmu pengetahuan tidak akan pernah mampu memberikan pemahaman yang lengkap dan definitif terhadap realitas.

para ilmuwan tidak berurusan dengan kebenaran dalam arti kesamaan yang eksak antara penjelasan dan fenomena yang dijelaskan mereka hanya berurusan dengan penjelasan yang terbatas dan bersifat kira-kira mengenai realitas.

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.