Menjadikan Masjid Sebagai Sekolah Ekospiritual

Ilustrasi: nrdnzulfa_
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pew Research Center pada tahun 2019 terkait seberapa pentingkah Tuhan dan doa dalam kehidupan manusia, disebutkan bahwa rata-rata 62% di seluruh negara yang di survey mengatakan bahwa agama memainkan peran penting dalam hidup mereka, sementara 61% setuju bahwa Tuhan memainkan peran penting dalam hidup, selanjutnya 53% mengatakan hal yang sama tentang doa.
Penelitian yang dilakukan di 34 negara di 6 benua dengan melibatkan 38.426 responden tersebut, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memperoleh angka tertinggi, yakni 96%. Artinya, Indonesia menjadi negara dengan tingkat kepercayaan tertinggi di dunia terkait keyakinan akan keberadaan Tuhan yang mampu mempengaruhi kehidupan mereka.
Hasil penelitian tersebut secara tidak langsung memperlihatkan pada dunia jika mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki dan menganut kepercayaan. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia adalah komunitas masyarakat yang beragama, baik penganut agama Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu, maupun Islam, serta agama lokal lainnya.
Tentunya sebagai umat beragama, maka diperlukan sarana yang dapat menjadi tempat untuk mendukung jalannya ritual-ritual keagamaan, sekaligus menjadi simbol dan identitas bagi agama itu sendiri.
Dalam konteks Indonesia, sudah menjadi rahasia umum jika negara ini memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, hal ini berarti bahwa kebutuhan akan sarana untuk menjalankan ritual keagamaan seperti rumah ibadah atau masjid pun lebih banyak dibanding agama lainnya. Mengutip data Kementerian Agama, Indonesia memiliki total 290.161 masjid per Mei 2022 yang tersebar di 34 provinsi.
Baca Juga : Akademi Ekoliterasi: Apa dan Bagaimana? (Bagian 1)
Untuk itu, tulisan ini mengulas bagaimana seharusnya sarana yang dijadikan tempat menjalankan ritual keagamaan tersebut, terutama sarana ibadah umat Islam dalam menyikapi berbagai problem kehidupan manusia.
Meminjam bahasa Jacques Waanderburg yang mengatakan bahwa “masjid adalah sekolah.” Maka berbagai problem yang melanda kehidupan manusia saat ini, bagaimana masjid hadir dalam menawarkan solusinya? Atau, bagaimana masjid hadir sebagai sekolah dalam membumikan ajaran-ajaran Allah swt, terutama berkaitan dengan permasalahan krisis ekologis?
***
Abdul Latif Tibawi, penulis buku Islamic Education: Its Traditions and Modernization into the Arab Nations Systems, menjelaskan bahwasanya masjid berperan besar dalam penyebaran pendidikan di dunia muslim, dan keterkaitan masjid dengan pendidikan tetap menjadi salah satu ciri utamanya sepanjang sejarah.
Senada dengan Tibawi, salah seorang peneliti Universitas Manchester, Salah Zaimeche, mengungkapkan bahwa dalam sejarahnya masjid berhasil melahirkan ulama seperti Ibnu Rusyd, yang tidak hanya dikenal sebagai ahli Islam, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan sains. Bahkan, hampir seluruh universitas tertua di Timur Tengah, semuanya berawal dari masjid, semisal Al-Qarawiyyin Maroko, Al-Azhar Mesir, dan Zaytuna Tunisia.
Berangkat dari alasan itulah, masjid harus menjelma sebagai sarana penyebaran pengetahuan yang selaras dengan alam. Masjid sudah saatnya hadir sebagai ruang komunal dalam memperhatikan kepentingan dan kewajiban umat. Sudah waktunya menjadikan masjid sebagai pusat studi ekologi. Karena dari masjid inilah, umat muslim dapat menjalankan amanahnya menjadi “khalifah” di muka bumi dan menjadi rahmat bagi semesta.
Menurut Suprio Guntoro (2022), masjid merupakan “agen kebaikan” yang semestinya bisa menjadi contoh bagi masyarakat di sekitarnya, termasuk dalam merespons berbagai isu lingkungan. Program yang akan dilakukan pengurus masjid seharusnya mengacu pada ciri-ciri masjid ramah lingkungan yang bersifat dinamis, dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK serta persoalan lingkungan.
Baca Juga : Seyyed Hossein Nasr, Islam, dan Spiritual Ekologis
Mengimplementasi masjid ramah lingkungan atau eco-mosque di Indonesia akhir-akhir ini memang sudah dilakukan di beberapa tempat. Tetapi tidak berlebihan kiranya saya mengatakan bahwa hal ini masih sebatas desain fisik. Tentunya sangat di apresiasi, dan menjadi sebuah langkah maju yang sangat inovatif. Tetapi akan menjadi lebih penting bila pengurus masjid juga memiliki pemahaman yang baik terkait isu-isu ekologis dalam sudut pandang Islam.
Dengan demikian, ketika Salah Zaimeche menuliskan Education in Islam: The Role of The Mosque, dengan melihat masjid sebagai pusat dakwah. Maka, dalam upaya meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan, pengurus masjid harus memiliki kesadaran dan pemahaman akan hal tersebut. Sikap kepedulian ini akan menjadi dasar untuk peningkatan pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup.
Hanya dengan cara itu, pengurus masjid dan jamaah memiliki kompetensi terhadap pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang merupakan contoh nyata (uswah) oleh masyarakat sekitar masjid.
Bagi kalangan umat Islam tentu sudah mengamati masjid-masjid yang ada di sekitar kita, bahwasanya pohon dan taman merupakan ciri khas arsitektur Islam. Jika seluruh masjid dihiasi dengan pohon-pohon dan taman yang asri, ditambah kesadaran dan pengetahuan tentang kelestarian lingkungan. Hal ini akan semakin menggemakan keindahan Islam.
Penting untuk memulai langkah sederhana ini dari masjid, karena masjid sangat berperan penting dalam mendorong dan membentuk jamaah serta meningkatkan peran masyarakat dalam pemuliaan lingkungan hidup. Hal ini harus tercermin dalam tindakan dan perilaku kehidupan umat Muslim sehari-hari dalam melaksanakan ibadah dan muamalah yang ramah lingkungan.
Kita semua, terutama kalangan umat Islam tentu sudah mengamati masjid-masjid yang ada di sekitar kita, bahwasanya pohon dan taman merupakan ciri khas arsitektur Islam. Jika seluruh masjid dihiasi dengan pohon-pohon dan taman yang asri, ditambah kesadaran dan pengetahuan tentang kelestarian lingkungan. Hal ini akan semakin menggemakan keindahan Islam.
Secara historis, masjid telah banyak melahirkan pemikir-pemikir muslim berpengaruh. Dengan kata lain, jika dahulu masjid berhasil melahirkan pemikir-pemikir muslim untuk membawa umat Islam keluar dari era kegelapan. Maka hari ini, masjid harus berhasil melahirkan manusia-manusia yang setidaknya dapat menjadi penyelamat bagi sesama.
Akhirnya, jika ayat Al-quran yang pertama kali diturunkan pada umat manusia adalah perintah “Bacalah”. Maka, bacalah dengan melihat berbagai fenomena kerusakan lingkungan yang terjadi di muka bumi ini! Dan bergegaslah untuk menjalankan tugas kekhalifahan untuk menghentikan kerusakan itu.
*Artikel ini adalah hasil kolaborasi rumahbacakomunitas.org dan GreenFaith Indonesia. GreenFaith adalah organisasi internasional yang melibatkan pemuka agama, aktivis lingkungan dan komunitas masyarakat akar-rumput. GreenFaith saat ini telah tersebar di berbagai negara, baik di benua Amerika, Afrika, Eropa, UK, Asia dan Oseania. Melalui para aktivis dan pegiatnya yang berasal dari beragam latar belakang agama, budaya, etnis dan ideologi, GreenFaith berikhtiar memperjuangkan keadilan iklim dan transisi energi yang berkeadilan.