Green Camping :  Langkah Progresif dan Kolektif Membangun Dialektika Kritis Masalah Ekologis

 Green Camping :  Langkah Progresif dan Kolektif Membangun Dialektika Kritis Masalah Ekologis

Menyongsong kehadiran G20 and COP27 pada November mendatang, Rumah Baca Komunitas (RBK) menggelar  kampanye keadilan iklim yang dibalut dengan kegiatan camping bersama di waduk sermo, Kulon Progo. Acara tersebut berlangsung selama dua hari satu malam, pada Jum’at (28/10) sampai Sabtu (29/10).

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya merayakan bulan iman untuk keadilan iklim yang digelar serentak di seluruh negara di bawah naungan Greenfaith Internasional Network. Adapun peserta turut andil dalam kegiatan ini berjumlah 15 peserta yang berasal dari para pegiat RBK.

Rangkaian acara pada camping ini meliputi panggung ekpresi yang dilakukan pada malam hari sebagai bentuk refleksi terkait perubahan iklim  dengan menuangkannya melalui orasi dan pembacaan puisi oleh para peserta serta doa bersama untuk keadilan iklim. Kemudian, pada pagi hari dilanjut dengan kegiatan kampanye yang dilakuan disekitar kawasan waduk sermo dengan membetangkan banner dan poster yang menyuarakan tentang ajakan kebangkitan kesadaran bersama untuk menyerukan beberapa pesan global antara lain: Segera diakhirinya proyek bahan bakar fosil baru dan deforestasi, Transisi cepat ke 100% energi terbarukan dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara adil, dan komitmen untuk transisi yang adil bagi pekerja yang terkena dampak dan komunitas yang rentan terhadap dampak iklim.

Kegiatan kampanye yang dilakukan di waduk sermo merupakan bentuk kegiatan progresif dan kolektif yang dapat membangun dialektika krtitis terhadap masalah ekologis yang tidak kinjung usai sehingga perlu adanya perlawanan.

“Kegiatan kampanye di waduk sermo adalah kegiatan progresif dan kolektif yang mampu membangun dialektika kritis mengenai masalah ekologis yang tak kunjung selesai di berbagai belahan dunia manapun,terkhusus di Indonesia.  Gerakan perlawanan dibutuhkan sebagai upaya mewujudkan kesadaran kepada manusia lain bahwa manusia selalu memilki kedekatan bersama alam, yang keduanya memilki kesinambungan yang terus dibutuhkan. Apalagi bagi manusia beriman yang memahami bahwa aliran iman apapun, menjaga alam adalah sebuah kewajiban yang harusnya dilaksanakan. Melawan atau mati. Tidak melawan sama saja membiarkan oligarki merusak bumi.“ Ujar Prawira Yudha selaku salah satu peserta.

Selanjutnya menurut Mia yang juga merupakan salah satu peserta menerangkan bahwa pekan iklim  adalah momentum penting untuk mendorong kesadaran akan bahaya eksploitasi alam secara berlebihan. “Kita harus percaya bahwa pekan iklim dunia ini manjadi momentum penting sebagai upaya mendorong semua pihak dari berbagai kalangan untuk segera menyadari bahwa hari ini eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan telah merusak   bumi. Gerakan Greenfaith bersama pemangku kepentingan lainnya harus mampu mentransformasikan satu gerakan untuk mengakhiri bencana ekologis yang terus bergulir akhir-akhir ini” Tegasnya.

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.