Agama, Bumi, dan Transisi Energi Bersih

  Agama, Bumi, dan Transisi Energi Bersih

Ilustrasi: nrdnzulfa_

Faiz Maulay
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Karena masih saja ada sebagian orang yang acuh akan iklim dan menganggap perubahan iklim adalah mengada-ada dan mereka menganggap bahwa pemanasan global adalah trik dan cara yang dipakai pihak tertentu untuk tujuan-tujuan yang terselubung.

Padahal, Bumi seperti yang kita tahu bersama, saat ini tengah mengalami satu fenomena cuaca ektrem akibat perubahan iklim (climate change) yang melanda dibelahan berbagai negara. Cuaca buruk  baru-baru ini memicu daratan Amerika diterjang badai salju yang mengakibatkan kerusakan diberbagai tempat dan menimbulkan banyak korban jiwa. Tidak hanya di Amerika, bahkan cuaca buruk tengah melanda kawasan Asia tepatnya di Jepang dan Arab Saudi.

Ini senada dengan laporan IPCC (Intergovermental Panel Climate Change), yang mengatakan bahwa perubahan iklim sangat berdampak pada ekosistem alam dan manusia di seluruh belahan dunia. Hal ini dapat menyebabkan risiko besar bagi kesehatan manusia, ketahanan pangan global, dan pembangunan ekonomi. Apalagi menurut temuan IPCC dunia akan mengahadapi berbagai bahaya iklim yang tidak terhindarkan selama dua dekade mendatang, akibat terjadinya pemanasan global 1,5 derajat celcius (2,7 derajat fahrenheit).

Akibat adanya pemanasan global ini, Indonesia juga rentan terkena dampak dari perubahan iklim, dan bahkan di beberapa daerah kini tengah mengalami kebanjiran, cuaca ekstrem, gelombang panas, tanah longsor dan lain sebagainya yang dampaknya sangat merugikan.

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa Indonesia akan terkena dampak sebesar 0,66 persen hingga 3,45 persen dari PDB (produk domestik bruto) kita pada tahun 2030 karena perubahan iklim. Hal ini disampaikan oleh Menkeu dalam acara B20-G20 Dialogue: Energy, Sustainability, and Climate Task Force.

Maka, untuk menghadapi kondisi tersebut, Indonesia dengan negara-negara di seluruh dunia bersama-sama merancang kebijakan pembangunan yang tepat untuk mengatasi perubahan iklim. Salah satu urgensi yang sangat penting adalah mempercepat dan merancang transisi menuju sumber energi yang bersih, terbarukan, dan juga lebih hijau.

Tokoh Agama Dan Dialog Iklim

Agama sebagai sumber ajaran, dalam ranah teoritis memiliki nilai-nilai dan konsep bagaimana setiap pemeluknya berlaku ihsan terhadap seluruh makhluk, hatta bumi dimana kita berpijak dan tempat mencari sumber penghidupan. Seharusnya kesadaran akan ekosistem iklim sekarang dan bagaimana kita memperlakukannya diinisiasi oleh mereka-mereka yang beragama, terutamanya. Sebab agama sendiri ialah  sumber motivasi dan rujukan dalam berbagai kehidupan yang menyeluruh, menyentuh berbagai dimensi.

Agama Hindu-Budha misalnya, terkait dengan ajaran ritual-sosialnya dalam perannya menjaga ekosistem lingkungan sangatlah diperhatikan. Buddhis menekankan manusia untuk hidup selaras dengan lingkungan, yang berarti bahwa manusia adalah bagian dari alam dan hidup di alam. Oleh karenanya manusia ditekankan untuk tidak merusak bumi, dan sebaliknya ia harus menjaga kelestarian. Begitupun nilai-nilai ajaran dalam Kristen yang mengajarkan kasih dalam memberi penghargaan pada lingkungan hidup.

Indonesia dengan penduduk multi agama dan penganut agama Islam mayoritas memiliki perananan yang fundamental dan penting untuk berkontribusi dalam pencegahan drastis fonomena perubahan iklim ini. Mengingat agama Islam baik dari sisi teoritis yang berbentuk ajaran konseptual dan ajaran praktikal sangat memperhatikan interelasinya dengan alam. Salah satunya adalah adanya kajian fiqih yang disebut fiqh al bia’ah, dimana kajian konseptual hukum dijadikan sebagai landasan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kondisi faktual yang menyangkut lingkungan hidup.

Komunitas keagamaan menjadi instrumen yang sangat penting bagi perabadaban masyarakatnya, apalagi tokoh agama memiliki posisi yang krusial dan berdampak. Boleh jadi, dalam ranah keilmuan dan sains kita tahu menahu soal bagaimana akibat mengabaikan kondisi iklim, dampak merusak lingkungan dan lainnya, tapi karena tidak ada tokoh agama yang vokal dan mengajak jama’ahnya memiliki kepedulian yang lebih, maka kita hanya berhenti pada ranah teoretis dan abai pada ranah praktis.

Maka, disinilah pentingnya peran tokoh agama. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Thayyib dan Pimpinan Gereja Katolik Sri Paus Fransiskus dalam pertemuan Majelis Hukama Muslimin ke-16 di Bahrain. Yang menekankan pentingnya menjaga dan memakmurkan bumi, serta tidak mengeksploitasi dengan sewenang-wenang kekayaan alam. Lebih lanjut ia mengatakan, “Kita, para pemuka dan tokoh agama, punya kewajiban untuk menyuarakan hal ini kepada para pemegang kebijakan dan pemilik modal”.

Negara Dalam Meminimalisir Pemakaian Energi Fosil

Energi fosil dalam menyuplai kebutuhan nasional sampai saat ini telah memberi dampak yang sangat serius pada segala sektor, baik dari dampak lingkungan, ekonomi dan kesehatan. Hal ini menyebabkan kerugian material dan juga kerusakan jangka panjang. Maka diperlukannya transisi energi untuk menjadikan energi nasional lebih sehat dan ramah lingkungan.

Untuk mendukung percepatan transisi energi, kini banyak negara beralih ke energi bersih untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, pemanasan global, dan risiko kerusakan lingkungan lainnya. Karenanya perlu menggunakan energi yang memiliki dampak risiko rendah dari segi sosial, kesehatan, dan lingkungan.

Energi bersih sering mengacu pada energi terbarukan, yang mana penggunaan energi bersih ini dapat membantu mengurangi dampak negatif dari energi fosil yang selama ini digunakan. Dalam agenda COP 27 di Mesir kemarin disepakati antar berbagai negara terkait dengan menjaga dan membatasi  kenaikan suhu global 1,5 derajat dan merumuskan beberapa kebijakan terkait persoalan menjaga bumi. Diantara klausulnya ialah program pendanaan ke beberapa negara berkembang yang juga ikut terdampak akibat adanya kenaikan suhu yang dihasilkan oleh negara-negara maju.

Pemerintah Indonesia sendiri sedang berupaya melakukan transisi untuk menggunakan lebih sedikit energi, untuk mencapai nol emisi pada tahun 2060 nanti. Upaya tersebut dilakukan dengan menggandeng berbagi komunitas agama dalam mencapai target net zero emission alias keadaan impas antara pelepasan dan penyerapan emisi karbon. Tentu ini merupakan sasaran yang  ramah lingkungan dan sejalan dengan prinsip Islam dan agama lainnya yang menekankan pentingnya penggunaan sumber daya yang bersih dan tidak merusak bumi.

Maka dari itu negara dan masyarakat sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga stabilitas iklim nasional maupun internasional. Dalam hal ini pemerintah melalui kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menekankan beberapa catatan penting dalam rangka transisi energi bersih.

Diantaranya ialah pengurangan emisi CO2 dalam sektor ekonomi, demikian juga di sektor energi dan sektor kehutanan. Kemudian digaungkan soal penguatan dan kendali kebijakan-kebijakan yang mendukung transisi energi bersih, diantaranya adalah kampanye terhadap budaya-budaya yang memperparah perubahan iklim, mencanangkan RUPTL dengan pembangkit EBT dalam sepuluh tahun kedepan mencapai 20.923 megawatt (MW).

Mempercepat pertumbuhan green economy atau ekonomi hijau terhadap pelaku usaha dengan memanfaatkan energi baru terbarukan. Selanjutnya mengenai Kebijakan fiskal berupa instrumen Nilai Ekonomi Karbon (NEK), di mana regulasi telah di terbitkan yaitu UU 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, dimana pada Pasal 13 tentang Pemberlakuan Pajak karbon, harus secara tegas ditegakkan.


*Artikel ini adalah hasil kolaborasi rumabacakomunitas.org dan GreenFaith Indonesia. GreenFaith adalah organisasi internasional yang melibatkan pemuka agama, aktivis lingkungan dan komunitas masyarakat akar-rumput. GreenFaith saat ini telah tersebar di berbagai negara, baik di benua Amerika, Afrika, Eropa, UK, Asia dan Oseania. Melalui para aktivis dan pegiatnya yang berasal dari beragam latar belakang agama, budaya, etnis dan ideologi, GreenFaith berikhtiar memperjuangkan keadilan iklim dan transisi energi yang berkeadilan.

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.