Islam, Politik Dan Libertarianisme

Azas kebebasan sebagai sebuah prinsip telah menjadi perbincangan yang amat sangat rumit dan luas, apalagi ketika dikaitkan dengan isu agama, kekuasaan dan ideologi lainnya. Mengingat setiap pikiran memiliki gagasan sendiri-sendiri (likulli ro’sin ro’yun) mengenai apa yang dimaksud kebebasan, dan juga kecenderungan sikap (akal) dan rasa (naluri) bagi seseorang akan turut serta terlibat dalam pengambilan keputusan terhadap kecenderungan ideologis semacam itu.
Manusia begitu kompleks, heterogen dan cenderung emosional, sehingga mereka membutuhkan kebebasan untuk lebih luas mengekspresikan diri dan kemauannya. Entah itu sebagai sikap ingin memanjakan dirinya atau memang itu (kebebasan) dianggap sebagai unsur pembentuk kebaikan-kebaikan yang lebih universal, baik dalam komunitas maupun negara.
Islam sendiri memandang kebebasan (hurriyyah/liberty) sebagai sebuah kemerdekaan (freedom) terhadap hak-hak individu, agama, politik meskipun tetap dalam batas koridor keyakinannya pada Tuhan. Karena berislam sifatnya bebas terbatas atau terikat oleh syariat. Bebas tetapi tetap elegan untuk dijalani, karena wacana yang terlalu bebas itu seringkali lepas kontrol dan membawa dampak buruk bagi diri dan lingkungannya. Bicara tentang kebebasan dalam islam saya teringat dengan sebuah hadits nasihat jibril kepada baginda muhammad Saw. Rasulullah bersabda, “jibril berkata, hiduplah sesukamu tapi ingat kamu akan mati, berbuatlah sesukamu tapi ingat kamu akan dimintai pertanggung jawaban, cintailah siapa yang kamu suka tapi ingat sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya…”. pesan hadits diatas memberi kesan bahwa kebebasan memang diperlukan selaku manusia berpikir dalam beberapa hal, sebagai penghindaran pada bentuk penghambaan pada sesama manusia. Angan-angan untuk hidup bebas dalam satu sisi akan sangat bagus asal manusia tidak dikontrol oleh nafsu dan emosinya. ketika standar kebenaran itu dinilai dari hawa nafsu justru akan menimbulkan dampak yang lebih buruk. Itulah sebabnya manusia muslim dalam menjalani kebebasannya sebagai manusia yang berpikir harus patuh pada norma-norma agama yang berlaku dan kecintaannya pada manusia.
Adapun kaum libertarianisme meyakini bahwa kebebasan akan melahirkan keadilan dan kebaikan. Dengan prinsip kesukarelaan (voluntaarisme) orang-orang memiliki hak dan kendali atas dirinya sendiri. Seseorang tidak boleh memaksa orang lain untuk berpikiran sama dan tidak boleh memaksa orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan cara ini mereka memiiki sepenuhnya kebebasan untuk berpikir dan bertindak. Bedanya, motivasi islam sebab adanya kehidupan setelah mati (akhirat) sebaliknya kaum libertarian motivasinya hanya sebatas di dunia. Thomas J. Palmer mengatakan libertarianisme didasarkan pada ide fundamental mengenai kebebasan. Para penganut ideologi libertarian percaya bahwa kebebasan merupakan nilai politik yang paling tinggi. Namun demikian katanya, tidak berarti bahwa kebebasan menjadi nilai yang paling penting dalam hidup, sebab kehidupan manusia begitu kompleks. Politik tentu bukan satu-satunya aspek kehidupan yang penting bagi manusia. Tetapi bagi libertarian, kebebasan merupakan tujuan utama yang ingin direalisasikan didalam politik. Aspek politiik adalah soal bagaimana menegakkan keadilan dan perdamaian, juga soal bagaimana mendistribusikan kemakmuran kepada seluruh masyarakat.
Dari sisi historis, sebetulnya liberalisme lahir di eropa dan beberapa wilayah lain di dunia sebagi respon pertahanan bagi sebuah cara baru hidup bermasyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai perdamaian, toleransi dan kerja sama serta pertukaran yang saling menguntungkan dan bersifat sukarela. Seperti yang kita tahu pada zaman renaisanse, ide dan gagasan dikekang oleh otoritas gereja. Pengetahuan pada saat itu harus tunduk dalam sebuah sistem kepercayaan yang dianut gereja sebagai ajaran yang sah dan tidak sesat. Dari situlah muncul embrio liberalisme sebagai bentuk reaksi terhadap ortodoksi religius.
Kaitannya dengan politik adalah bahwa Libertarianisme merupakan ideologi yang mempertanyakan dan menentang penggunaan kekuasaan politik yang unresponsible. Daripada memilih untuk mendukung intervensi pemerintah dalam isu ini dan itu – dalam hal ini adalah spektrum x atau golongan kiri dan spektrum y adalah golongan kanan – libertarianisme tidak termasuk keduanya, karena libertarianisme menganggap politik sebagai sebuah perjuangan kebebasan melawan kekuasaan. Libertarianisme juga dianggap sebagai sebuah filosofi politik yang berlandaskan pada kebebasan individu. Seorang libertarian bisa saja menjadi konservatif maupun progresif, religius maupun ireligius, berpendidikan rendah atau tinggi dan selanjutnya dan seterusnya.
Politik sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan sistem dari sebuah negara-kota. Baginya politik menempati posisi yang sangat penting karena baik atau buruknya suatu polis (negara-kota) bergantung pada kesepakatan tertentu didalam masyarakat itu sendiri. Yang pada akhirnya tujuannya adalah kesepakatan bersama dalam mengelola dan menciptakan kebaikan (civic virtue). Sedangkan dalam beberapa kebijakan, politik di negara kita pada era sekarang cenderung mengabaikan hak-hak kaum minoritas dan berlaku sewenang-wenang terhadap properti maupun tanah yang dikelola masyarakat.
Asas demokrasi yang kita anut dimana untuk tujuan musyawarah mufakat harus melalui diskusi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya diabaikan. Ini adalah bentuk aneksasi yang nyata dan penyalahgunaan wewenang mayoritas politikus yang tengah menjabat, sebab merekalah yang membuat sistem. Harusnya pengendalian sosial secara persuasif dan partisipatif lebih dikedepankan daripada tindakan-tindakan represif yang dilakukan oleh aparat dalam mengawal proses demokrasi. Seperti yang sudah dan sedang terjadi akhir-akhir ini, dimana kebebasan masyarakat sebagai warga sipil yang berjuang menempati tempat tinggalnya tak dihiraukan.
Lalu apa titik singgung atau benang merahnya? Islam, politik dan libertarianisme meskipun secara tipologi berbeda tetapi menurut saya ketiga wacana tersebut memiliki arah tujuan yang bersinggungan meski satu dengan yang lainnya ada perbedaan signifikan. dimana satu dengan yang lainnya memberikan gambaran tentang nilai-nilai kebebasan dan dominasi. satu hal yang unik bahwa dominasi disini dalam rangka menempuh kebebasan dengan jalan penerapan sebuah perangkat aturan. Sebab kebebasan yang tanpa batas akan mustahil diwujudkan.
Islam misalnya, tetap memberi ruang kebebasan dalam hal berpikir serta berpendapat, kebebasan memilih agama dan kebebasan dalam merumuskan sistem pemerintahan dan lainnya. Sedangkan politik menjadi alat bagi penguasa untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendatangkan manfaat pada publik. Sedangkan libertarianisme dengan kebebasannya ingin menciptakan tatanan sosial yang adil dan penuh tanggung jawab.