Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Bumi Jua

 Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Bumi Jua

Sumber: Rumah Baca Komunitas

          Berbeda-beda tetapi tetap satu bumi adalah sebuah pernyataan filosofis yang mengandung nilai keberagamaan dalam kesatuan ekosistem yang sama. Tuhan menciptakan manusia dengan bermacam variasi yang berbeda, mulai dari keyakinan, kebudayaan, kultur masyarakatnya hingga bentuk fisiknya, tetapi yang harus kita ingat bahwa kita menginjak satu bumi yang sama.

          Artinya, ada satu hal yang harus kita perjuangkan bersama. Adapun keperbedaan jika dipandang melalui sudut pandang kesamaan dalam bingkai kebersamaan ia akan menjadi satu kekuatan yang sangat besar. Negara kita yang multikultur, multietnis dan multireligius tapi dengan rasa kemanusiaan yang dimiliki akan membentuk satu siklus hidup yang saling harmoni, kerjasama dan menghormati.

          Populasi manusia secara geometris sekarang ini, berkembang pesat tiap tahunnya, sementara daratan panen terus-menerus mengalami erosi, hutan semakin minim, berbagai jenis spesies sedang menghadapi kepunahan dan atau pemunahan, suplai air bersih berkurang, perikanan menurun dan polusi mengancam kesehatan manusia. 

          Interaksi manusia yang membentuk satu ekosistem dan sistem sosial ini mestinya saling bertumpu antara satu dengan yang lainnya, antara alam dan manusia, antara manusia dan alam, sehingga hal ini akan membentuk mata rantai kehidupan yang seimbang.

          Ibn khaldun yang dikenal sebagai peletak dasar kajian sosisologi  menyatakan bahwa mejaga kelestarian alam adalah satu hal yang sangat urgen. Ketidakberdayaan manusia dalam merawat lingkungan hidupnya akan berdampak pada kondisi moral sosial masyarakat.  Ada sebuah konsep yang disebut kulliyatul ijtima’ dimana hal ini menekankan prinsip hidup yang universal, membangun kebersamaan dalam hidup sosial masyarakat.

Ketidakberdayaan manusia dalam merawat lingkungan hidupnya akan berdampak pada kondisi moral sosial masyarakat

          Prinsip universalitas masyarakat pada prinsipnya bersinggungan dengan peristiwa alamiah (natural science) sehingga tidak dapat terhindarkan karena manusia sendiri secara spesifik adalah bagian dari makhluk hidup di alam raya itu sendiri. Disinilah kemudian muncul keterpengaruhan tabiat manusia oleh situasi dan kondisi lingkungan (struktur sosial) sekitarnya sangat berperan dominan.

          Tabiat manusia terbentuk melalui proses interaksi antara dirinya dengan lingkungan tempat ia tinggal yakni segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan mengalami hubungan timbal-balik serta dinilai dapat memberi efek keterpengaruhan.

             Konsekuensi dari keterlibatan lingkungan hidup bagi terbentuknya tabiat manusia ini adalah apabila lingkungan hidup tidak kondusif maka akan tercipta tabiat atau watak yang cenderung distruktif. Sebaliknya, ketika lingkungan hidupnya memiliki kesadaran ekologis yang tinggi maka watak dan tabiatnya pun cenderung konstruktif.

          Secara sosio-psikologis, memang manusia akan menaruh penghargaan yang lebih besar jika dihadapkan pada kondisi dan simbol yang dianggap memiliki nilai-nilai kesamaan. Kecenderungan ini berdasar pada identitas yang lebih khusus yang berdampak pada kebaikan umum.

          Manusia sekalipun dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berbeda-beda, tetapi ia makan dari perut bumi yang sama. Manusia berpijak, berbaring dan berlarian di bumi yang sama. Dengan in seharusnya manusia apalagi yang beragama sadar akan kepentingannya menjaga hal-hal diluar dirinya, yakni bumi itu sendiri.

Komunikasi Multireligius

          Dalam masyarakat multireligius komunikasi menjadi jembatan yang menghubungkan antara pemahaman satu dengan pemhaman yang lain.  Untuk memperoleh satu konsensus yang sama dalam kelompok agama diperlukan komunikasi yang intens dalam upaya menjalin satu hubungan universal antar kelompok agama maupun antar golongan. Interaksi menjadi satu hal yang sangat fundamental dalam upaya membangun motivasi sosial. Tanpa interaksi dipastikan tindakan-tindakan sosial tidak akan terjadi.

          Berkenaan dengan itu para Sosisolog mengatakan bahwa interaksi adalah syarat utama terjadinya aktivitas sosial dan hadirnya fakta sosial.  Apalagi menyangkut kepentingan bersama terkait kelompok masyarakat yang heterogen, dengan kondisi geografis yang berbeda. Interaksi yang baik tidak akan terjadi tanpa komunikasi yang efektif.  Maka penting kiranya untng menjadikan komunikasi sebagai faktor utama dalam membangun kebersamaan dalam pluralitas masyarakatan.

          Menjalin hubungan antar golongan dalam upaya bersama-sama menjaga keberlangsungan alam harus menjadi agenda yang mendesak. Baik yang sifatnya struktural maupun kultural atas inisiasi berbagai elemen masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kehidupan dan keindahan bumi. Apa yang dicontohkan oleh Greenfaith Internasional sebagi sebuah organisasi lingkungan lintas keagamaan dalam mengajak masyaraat multireligius untuk sadar akan ekosistem alam yang kita tinggali bersama, menjadi sebuah oase dan gerakan berbasis kesadaran eko-teologis.

          Greenfaith internasional menghadirkan komunikasi yang sifatnya horizontal (sosial) dilatarbelakangi juga oleh komunikasi vertikal (religi) dalam membawa misinya untuk menginspirasi masyarakat intereligi atau masyarakat global, menyadarkan dan menggerakkan serta mengorganisir orang-orang dari berbagai latar belakang agama dan spiritual di seluruh dunia untuk aksi lingkungan. Semua dalam upaya menjalin kerukunan dan membentuk kesadaran ekologis secara kolektif lintas iman (faith) dan lintas geografis.

Bumi Sebagai Yang Ilahi

          Masyarakat menempatkan bumi pada posisi yang agung, karena sadar bahwa alam semesta adalah manifestasi atau pancaran Sang Pencipta. Dalam terminologi islam adanya wujud alam adalah bukti adanya sang Pencipta (Creator). Laiknya  wujud rumah, adanya karena dibuat oleh tangan manusia. Pun manusia mengenal dengan berbagai medium yang mengantarkan manusia pada akal yang menyebabkan manusia percaya dengan Tuhan. 

          Dimensi Dzat Ilahiah sendiri sudah dikenal sejak sebelum adam, melalui alam itu sendiri. Kemudian secara fisik manusia mengenal alam ini karena ada gas, zat cair, zat padat dan berbagai partikel yang menyusun benda-benda. Adanya kosmos, tata surnya, matahari dan bumi sebagai bukti adanya Ilah (Tuhan) dalam konsep keberagamaan.

          Konsep Bumi sebagai yang Ilahi mempunyai arti penting dalam berbagai budaya dan sistem kepercayaan. Ini mewujudkan gagasan bahwa Bumi dihormati, dihargai, dan bahkan dimuliakan sebagai entitas suci. Gagasan ini berakar kuat pada tatanan spiritual, filosofis, dan ekologi peradaban manusia, yang menawarkan perspektif unik tentang hubungan kita dengan planet yang kita sebut rumah.

Konsep Bumi sebagai yang Ilahi mempunyai arti penting dalam berbagai budaya dan sistem kepercayaan. Ini mewujudkan gagasan bahwa Bumi dihormati, dihargai, dan bahkan dimuliakan sebagai entitas suci

          Bumi sebagai yang Ilahiah saya artikan sebagai sebuah kesadaran aktif yang menghantarkannya pada nilai (value) pancaran ketuhanan dalam setiap aktivitasnya. Jadi ekspresi kehambaan dan kemanusiaan kita dinilai dengan bagaimana perilaku kita terhadap ciptaan itu sendiri. Maka menempatkan ruh ilahiyah pada segala aspek ciptaan (creation) akan memberi kesadaran empatik, sebab kita sama-sama makhluk dan ciptaan.

          Dengan demikian manusia secara umum dibebankan dan wajib hukumnya menjaga kelestarian alam sebagai bentuk kontinuitas menjaga kehidupan. yang perlu diingat juga bahwa Tuhan menghendaki keindahan dan membenci segala jenis bentuk kerusakan.

Ekologi Kemanusiaan

          Manusia yang katanya sebagai pusat penciptaan memiliki posisi yang sangat sentral terhadap segala jenis bentuk peradaban. Begitupun dalam kajian ekologi manusia, posisinya dalam berkomunikasi dengan komponen makhluk hidup lainnya, bersifat simbiotisme (timbal-balik).  

          Ekologi sendiri berarti ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan sesama makhluk hidup lainnya. Tidak hanya itu, ekologi juga menyangkut benda mati disekitarnya. Sesuatu yang dilihat dalam ekologi manusia ialah adanya kaidah ekosistem yakni terjadinya interaksi antara dua komponen, baik antar sesama komponen ekosistem maupun interaksi dengan komponen lain dalam sebuah ekosistem.

          Dengan demikian wacana ekologi kemanusiaan menghadirkan kepentingan yang sama diatas bumi dalam menjaga stabilitas ekosistem. Berdaya dalam menjaga iklim lingkungan yang nyaman bagi seluruh penghuninya. Manusia dan bumi terejawantah terhadap aksinya dengan bagaimana melihat satu organisme berjalan dan hidup dengan seimbang. Sehingga keberadaan manusia diatas satu bumi mempunyai jutaan andil.  Kedepannya dengan kesadaran ilmiah maupun naluriyah, manusia dengan berbagai keperbedaannya berdiri diatas kepentingan yang sama, yakni menjaga dan melestarikan bumi yang sudah dianugerahkan ini.

Bagikan yuk

Toyiz Zaman

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.