Resensi Buku Parmusi: Pergulatan Muhammadiyah dalam Partai Politik 1966-1971

 Resensi Buku Parmusi: Pergulatan Muhammadiyah dalam Partai Politik 1966-1971

Sumber: Suara Muhammadiyah

Buku Parmusi: Pergulatan Muhammadiyah dalam Partai Politik 1966-1971 karya Ridho Al-Hamdi mengupas tuntas perjalanan Muhammadiyah dalam ranah politik praktis, khususnya melalui partai politik Parmusi (Partai Muslimin Indonesia) pada periode 1966-1971. Buku ini menyoroti dinamika internal dan eksternal yang memengaruhi langkah organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut saat terjun ke politik setelah masa pembubaran Partai Masyumi. Dengan menggunakan pendekatan historis, penulis memaparkan berbagai latar belakang, proses, dan dampak dari keterlibatan Muhammadiyah dalam pendirian dan perkembangan Parmusi.

Bab pertama menyoroti kondisi politik dan sosial Indonesia pada periode transisi 1959-1965, yang berpengaruh pada langkah Muhammadiyah keluar dari Masyumi dan upaya mencari posisi politik baru. Penulis menguraikan empat faktor utama, yaitu keluarnya Muhammadiyah dari Masyumi pada 1959, kebutuhan mencari lampu hijau dari pemerintah dan kekuatan penyeimbang terhadap Nasakom, tragedi G30S/PKI 1965 yang mengguncang stabilitas negara, serta evolusi Muhammadiyah sebagai organisasi massa politik (ormaspol) yang menumbuhkan benih untuk membentuk partai politik baru.

Bab kedua membahas tahapan awal pembentukan Parmusi, dimulai dari Konferda Jakarta Raya 1966 hingga deklarasi resmi berdirinya Parmusi pada 1968. Penulis menguraikan peran penting Tanwir Muhammadiyah di Bandung yang memutuskan untuk mendirikan partai Islam sebagai respons atas kegagalan merehabilitasi Masyumi. Di tengah jalan, proses ini mengalami berbagai tantangan, termasuk penolakan awal dari Muhammadiyah dan usulan pengurus yang ditolak oleh Presiden. Namun, pada akhirnya Muhammadiyah memberikan dukungan penuh hingga Parmusi resmi berdiri sebagai partai baru.

Dalam bab ketiga ini menyoroti berbagai perkembangan yang terjadi dalam tubuh Parmusi setelah berdiri resmi. Penulis menggambarkan bagaimana dukungan Muhammadiyah menjadi landasan penting bagi Parmusi, serta konflik internal yang mengiringi dinamika organisasi. Pada Muktamar Muhammadiyah 1968, Parmusi dianggap sebagai alat perjuangan politik Muhammadiyah, meskipun muncul keputusan Khittah Ponorogo 1969 yang menyatakan bahwa Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. Meskipun begitu, konsistensi dukungan Muhammadiyah terhadap Parmusi tetap terlihat hingga menjelang Pemilu 1971.

Bab keempat berfokus pada persiapan dan hasil Pemilu 1971, yang merupakan ajang penting bagi Parmusi untuk menunjukkan kekuatan politiknya. Penulis menyoroti bagaimana kampanye Golkar yang dominan serta tekanan rezim Orde Baru memengaruhi hasil pemilu. Parmusi, meskipun mendapat dukungan signifikan dari kader-kader Muhammadiyah, harus berjuang menghadapi kendala besar dalam upaya memperoleh suara maksimal. Hasil Pemilu 1971 menggambarkan keterbatasan kekuatan Parmusi dalam mengimbangi dominasi Golkar.

Dalam bab kelima, penulis memperkenalkan tokoh-tokoh kunci dari Muhammadiyah yang berperan dalam Parmusi, termasuk Faqih Usman yang mencetuskan nama Parmusi dan Djarnawi Hadikusumo sebagai ketua umum pertama. Penulis juga mengulas kiprah kader-kader Muhammadiyah lainnya yang terlibat dalam pengelolaan partai ini, menunjukkan kontribusi mereka dalam membangun dasar-dasar perjuangan politik Parmusi.

Bab terakhir membahas bagaimana Parmusi dan Muhammadiyah menghadapi perubahan lanskap politik setelah Pemilu 1971, terutama dengan munculnya Khittah Ujung Pandang 1971 yang menegaskan posisi Muhammadiyah untuk tidak terlibat langsung dalam politik praktis. Fusi partai politik pada 1973 yang melahirkan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) menandai akhir dari eksistensi Parmusi sebagai entitas politik independen.

Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang hubungan kompleks antara gerakan Islam, organisasi sosial, dan politik di Indonesia pada era Orde Baru. Ridho Al-Hamdi berhasil merangkai sejarah politik Muhammadiyah dan Parmusi dengan sangat rinci, mengungkapkan peran strategis serta tantangan yang dihadapi dalam upaya menciptakan kekuatan politik Islam di tengah dominasi kekuasaan negara. Bagi para pembaca yang tertarik dengan sejarah politik Indonesia, buku ini menjadi bacaan penting untuk memahami dinamika politik Islam dan kontribusi Muhammadiyah dalam sejarah perpolitikan tanah air.

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *