Melawan sesat Pikir kemajuan

 Melawan sesat Pikir kemajuan

Buku Against Progress karya Slavoj Žižek adalah refleksi yang gigih dan mendalam tentang paradoks, kegagalan, dan potensi transformatif yang tertanam dalam konsep kemajuan itu sendiri. Seorang filsuf yang terkenal karena memadukan yang abstrak dan yang mendalam, Žižek menggunakan energi khas dan kecemerlangan polemiknya untuk menjawab salah satu pertanyaan paling abadi dalam modernitas: Apa artinya bergerak maju, dan berapa biayanya?

Kemajuan, sebagaimana diutarakan Žižek dengan meyakinkan, bukanlah lintasan yang netral, melainkan medan pertempuran hasrat, ideologi, dan pengorbanan yang saling bersaing. Mendefinisikannya berarti menetapkan parameter harapan dan keputusasaan kolektif, dan mengendalikannya berarti mendikte masa depan. Namun, di dunia yang dibayangi oleh dua momok keruntuhan ekologis dan disintegrasi sosial-politik, gagasan kemajuan tampak rapuh, kuno, dan bahkan berbahaya. Žižek mempertanyakan kerapuhan ini dengan kejujuran yang brutal, menolak jawaban yang mudah atau ilusi yang menenangkan. Sebaliknya, ia menyelami secara mendalam kontradiksi yang menyusun momen kontemporer kita, mengupas ketegangan antara harapan dan keputusasaan, agensi dan keniscayaan, yang universal dan yang khusus.

Melalui tiga belas esai yang ditulis dengan padat, Against Progress membongkar perangkat ideologis yang menopang keyakinan kita yang tidak kritis terhadap masa depan. Žižek tak gentar dalam kritiknya terhadap basa-basi neoliberal, optimisme dangkal para teknokrat Lembah Silikon, penghematan suram ideologi degrowth, dan seruan sinis kaum populis sayap kanan. Namun, sasarannya bukan sekadar kegagalan eksplisit mereka, melainkan dinamika pengucilan, penyangkalan, dan penolakan yang lebih mendalam yang mendasari setiap narasi kemajuan. Baik menyelidiki fantasi Hollywood, ekonomi Buddhis, maupun politik pascakolonial, Žižek mengungkap “burung-burung yang tergencet” yang tersembunyi di balik fasad setiap cakrawala baru—sebuah metafora dialektis untuk pengorbanan yang dihapus demi mempertahankan ilusi momentum maju.

Cakupan filosofis buku ini sangat mencengangkan, melintasi medan yang beragam seperti psikoanalisis Lacanian, dialektika Hegelian, mekanika kuantum, dan ekonomi politik Marxis. Provokasi Žižek berkisar dari etika akselerasionisme hingga implikasi ekologis dari perkembangan teknologi, dari kontradiksi toleransi budaya hingga kerinduan melankolis yang terkode dalam ingatan revolusioner. Analisisnya sekaligus terpelajar dan sangat meresahkan, memaksa pembaca untuk menghadapi kegagalan etika dan konsekuensi bencana dari kemajuan sebagaimana yang telah dibayangkan dan diwujudkan.

Yang membedakan Against Progress adalah penolakannya untuk mundur ke dalam nihilisme atau keputusasaan. Meskipun Žižek dengan tegas mengkritik kemunafikan visi kemajuan kontemporer, ia melakukannya untuk membuka jalan bagi sesuatu yang lebih radikal: sebuah visi kemajuan yang merangkul ketidaklengkapan, kegagalan, dan paradoks. Terinspirasi dari gagasan Kierkegaard tentang “gerakan berulang” dan konsep Benjamin tentang penebusan melalui perpecahan historis, Žižek berpendapat bahwa kemajuan yang autentik membutuhkan penemuan kembali yang terus-menerus. Kemajuan ini bukanlah pendakian linear atau titik akhir utopis, melainkan sebuah kondisi kewaspadaan, kemauan untuk memulai kembali, dan kapasitas untuk merebut kemungkinan-kemungkinan baru dari reruntuhan yang lama.

Visi ini mencapai puncaknya dalam keterlibatan Žižek dengan krisis ekologi. Menolak fatalisme apokaliptik dan janji-janji kosong tentang “pertumbuhan berkelanjutan”, ia menyerukan pemikiran ulang yang radikal tentang hubungan kita dengan alam dan teknologi. Kemajuan, dalam pengertian ini, bukanlah kembalinya harmoni yang dibayangkan dengan alam, melainkan denaturalisasi alam itu sendiri—sebuah pengakuan akan ketidakstabilan dan ekses yang melekat padanya. Konfrontasi dengan realitas, dengan segala kontingensinya yang mengerikan, inilah yang membuka pintu bagi transformasi.

Against Progress adalah karya yang menantang sekaligus menggembirakan, sekaligus sebuah risalah filosofis sekaligus ajakan untuk bertindak. Karya ini menolak kategorisasi yang mudah, bergerak dengan luwes antara kritik dan konstruksi, keputusasaan dan harapan, analisis dan provokasi. Bagi Žižek, kemajuan adalah masalah sekaligus kemungkinan—sebuah medan perjuangan yang menuntut mobilisasi penuh kapasitas intelektual dan imajinatif kita. Dalam hal ini, buku ini bukan sekadar serangan terhadap kegagalan kemajuan, melainkan penegasan akan perlunya penemuan kembali kemajuan tersebut. Membaca Žižek selalu menjadi tantangan, dan Against Progress pun tak terkecuali.

Buku ini sarat dengan argumentasi yang padat, referensi yang samar, dan jalan memutar yang tak terduga, menuntut kesabaran dan ketekunan. Namun bagi mereka yang bersedia terlibat, buku ini menawarkan wawasan yang tak tertandingi tentang dilema zaman kita. Buku ini menolak untuk menghibur atau menghibur, melainkan menekankan urgensi berpikir dan bertindak dalam menghadapi bencana. Dan dalam penolakan itu, ia menawarkan harapan yang aneh dan paradoks: bahwa bahkan di tengah reruntuhan, kita mungkin menemukan keberanian untuk memulai lagi.

Tulisan Simos Gros diterjemahkan dari https://simongros1990.com/2025/01/01/against-progress-by-slavoj-zizek/

Bagikan yuk

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *