Akademi Ekoliterasi Buka Pendaftaran Residensi Menulis Buku

Pendahuluan
Rencana penambangan batuan andesit di Desa Wadas adalah corak pembangunanisme negara kita yang enggan mendengar sikap rakyatnya. Sifat materialistis telah menjadi panglima satu-satunya dalam pembangunan Bendungan Bener. Suara warga Wadas yang menolak rencana penambangan diabaikan begitu saja. Padahal, Bendungan ini membutuhkan berkubik-kubik batuan andesit yang hendak ditambang, semua-muanya dari lahan pertanian yang menopang kehidupan warga Desa Wadas. Dalam kondisi seperti ini, kita hanya punya dua pilihan; menyokong perjuangan Rakyat Wadas, atau justru malah melayani kekuasaan?
Perlu diketahui, Wadas masih melawan dan solidaritas masih terus tumbuh di tengah gempuran dan represi administratif. Warga terdampak terus konsisten memperlihatkan nilai dan sikap hidupnya sebagai petani yang memiliki relasi dengan. Alam Wadas berbicara dengan bahasa yang tak dimengerti oleh penguasa dan aparatus yang mengontrol kuasa paksa.
Akademi Ekoliterasi RBK mengundang penulis untuk Residensi Menulis Wadas Melawan sebagai panggilan solidaritas dalam perlawanan ilmu dan pengetahuan. Sebab, kekuasaan berjalan di Desa Wadas tidak hanya mempraktikan penindasan. Lebih dari itu, di saat yang bersamaan kekuasaan juga memproduksi pengetahuan untuk mengukuhkan posisinya.
Lihat saja, ketika peristiwa pengepungan Desa Wadas pada 8 hingga 11 Februari 2022 yang dilakukan aparat, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD merespon melalui siaran pers resminya bahwa “semua informasi dan pemberitaan yang menggambarkan suasana mencekam di desa Wadas pada Senin kemarin tidak terjadi sebagaimana yang digambarkan terutama di media sosial karena wadah dalam keadaan tenang terutama sekarang ini.”
Tentu, apa yang dikatakan Menko Polhukam bagian dari upaya meredam opini publik yang geram akan laku aparat yang represif surplus intimidatif itu. Bagaimana tidak, 60-an warga Wadas yang digelandang ke Polres Purworejo itu memberikan kesaksian bahwa aparat menggunakan cara-cara kekerasan berupa pemukulan, pemborgolan, dan penggeledahan rumah serta cara-cara kekerasan yang lain.
Tidak hanya itu, terbitnya Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah No 591/41 Tahun 2018. Kemudian, SK perpanjangan dengan SK Gubernur Jawa Tengah No 539/29 Tahun 2020. SK yang menetapkan Desa Wadas sebagai lokasi penambangan batuan andesit untuk bahan proyek pembangunan Bendungan Bener itu musabab Pemrakarsa Proyek telah mengantongi izin lingkungan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Di dalam AMDAL, terang disebutkan bahwa Desa Wadas dipilih sebagai lokasi quarry karena cadangan andesitnya diperkirakan akan bisa memenuhi kebutuhan. Selain itu, jaraknya relatif dekat dengan lokasi bendungan serta tidak ada pemukiman warga di sekitar lokasi quarry yang direncanakan (hlm. 36).
Apa yang disebutkan di AMDAL yang disusun secara akademik berbanding terbalik. Padahal, salah satu komponen yang terlibat adalah akademisi dalam penyusunannya. Begini, Khamim, seorang warga Wadas yang rumahnya berada dibukitan Desa Wadas dibayang-bayangi penggusuran. Sebab, dalam dokumen peta milik Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempa Dewa), salah satu rumah yang bakal terkena lokasi penambangan adalah ruham Khamim. Lalu bagaimana kebenaran ihwal “tidak ada pemukiman warga di sekitar lokasi quarry yang direncanakan” dalam AMDAL Wadas.
Terakhir, konon pemerintah hendak menjadikan Bendungan Bener sebagai biang yang mengairi sawah-sawah petani di Purworejo. Padahal, Desa Wadas menjadi lokasi pengambilan bahan material batuan andesit untuk menyokong kebutuhan material proyek pembangunan Bendungan Bener yang akan memasok kebutuhan air bandara YIA. Dilansir dari mongabay.co.id Modista Tandi Ayu selaku Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak (2018) membenarkan jika salah satu fungsi Bendungan Bener ialah memasok kebutuhan air Bandara Internasional Yogyakarta YIA, “Untuk air, NYIA butuh 200 liter per detik,” tutur Modista Tandi Ayu pada Mongabay.
Tiga kasus Produksi Pengetahuan yang dilakukan oleh kekuasaan adalah sebagian saja. Kekuasaan terus memproduksi pengetahuan terkait Wadas untuk mendapatkan pembenaran dan menghalalkan penambangan di Desa Wadas. Produksi pengetahuan tidak hanya lewat media sosial, AMDAL, dan Siaran Pers Pemerintah saja. Menjadi mengerikan, sekarang ini riset-riset akademik menjadi produksi pengetahuan paling membahayakan untuk pembenaran terhadap proyek kekuasaan yang menindas, merampas, dan merusak alam. Di Desa Wadas, semua itu sudah terjadi.
Oleh karenanya, Akademi Ekoliterasi RBK “Residensi Menulis Wadas Melawan” mengangkat tajuk Tematik tulisan Ekonomi Politik Tambang Wadas; Bendungan bener, Tambang Andesit dan Pilpres 2024; Perempuan dan Kelestarian Bumi Wadas Solidaritas Wadas; dan Ekspresi Protes Wadas. Kegiatan ini sebagai tanda bahwa masih ada intelektual yang tidak melakukan disorientasi pada kerja-kerja intelektualnya, yakni harusnya berpihak pada rakyat, tapi nyatanya hanya menjadi pelayan kekuasaan.
Bentuk kegiatan
Residensi dengan workshop tinggal di lokasi
Tujuan
- Membangun solidaritas lintas komunitas
- Melatih kepekaan terhadap persoalan sosio ekologis masyarakat
- Bersolidaritas melalui jalan politik literasi
- Mendokumentasikan pengetahuan lokal
Waktu tempat pelaksanaan
Terkait dengan waktu pelaksanaan akan dimusyawrakan dengan pendaftar terpilih
Syarat peserta
- Menyelesaikan tulisan 80% selama di lokasi
- Sanggup mengikuti secara aktif
- Memilih tema/angle yang unik
- Bersedia mengikuti review dan memperbaiki
Topik tulisan
- Menulis ekonomi politik tambnag Wadas
- Bendungan bener, tambang andesit dan pilres 2024
- Perempuan dan kelestarian bumi Wadas
- Solidaritas Wadas
- Ekspresi protes Wadas
- Calon peserta juga diperkenankan memilih topik yang memiliki korelasi dengan wadas, tambang dan lain sebagainya.
Output
Berupa penerbitan buku
Fasilitas peserta
- Konsumsi selama
- Transportasi jogja purworejo
- Sertifikat
- Dua eksemplar buku
- Bermalam di rumah warga
Kolaborator
Kegiatan ini kolaborasi antara RBK, KHM, LHKP, Gempadewa dan sebagainya