Bagaimana mula berkulit putih di jadikan Standar Kecantikan Perempuan Indonesia ?

 Bagaimana mula berkulit putih di jadikan Standar Kecantikan Perempuan Indonesia ?

Ras, Gender dan Warna kulit di pandang sebagai standar kecantikan perempuan, yang menjadikan jiwa obsesi memiliki kulit yang sempurna agar di akui kecantikan seutuhnya pada kaumnya. Sehingga ketertarikan perusahaan kecantikan menjanjikan kulit putih jika pemakaian produk tersebut yang membuat penjualan industri kosmetik menjadi pemburuan perempuan dari masa ke masa. Bermulanya dari mana kah  berkulit putih menjadi standar perempuan di Indonesia? Buku berjudul PUTIH akan menjawab bagaimana ras, gender dan warna kulit menjadi standar kecantikan di Indonesia.

Buku dengan ketebalan viv + 254 hlm.; 14 x 20,3 cm terbitan Marjin Kiri dan sebagai penerjemah Ninus D. Andarnuswari dengan ISBN 978-979-1260-70-1 dan buku ini di tulis oleh L. Ayu Saraswati

Buku ini memiliki kektertarikan sendiri dengan penyajian isi melalui hasil riset penulis memaparkan beberapa barisan yang menjadikan dirinya sebagai objek dalam penulisan di buku ini yang menjadikan warna kulit sebagai pertanyaan di negara lain bukan hanya di Indonesia saja warna kulit, ras dan gender menjadi narasi pertanyaan dan menjadikan perbandingan. Melacak peredaran citra kecantikan lintas geografis dan sejarah yang berbeda-beda dari bagaimana sirkulasi transnasional yang melestarikan supremasi putih di aras global.

Sejarah menjadi saksi bagaimana mula obsesi berkulit putih dijadikan Standar Kecantikan.

Bermula dari kolonialisme Barat yang menjadikan perempuan berkulit putih sudah dianggap sebagai kecantikan yang sempurna hingga epos India Ramayana yang diadaptasi di Pulau Jawa pada akhir abad ke-9, hingga era kolonialisme Belanda menjadikan cantik dengan berparas kulit putih diidentikan dengan ras Kaukasia. Diiring dengan masuknya Jepang ke Indonesia disebarkanlah cantik yang sempurna adalah perempuan yang berkulit putih. Sehingga, produk-produk di pemasaran mulai menjadikan model berkulit putih, hingga kekuasaan negara dan pembentukan identitas bangsa juga berpengaruh pada kontruksi kecantikan perempuan yang menjadikan symbol dari bangsa karna memiliki warga negara menjadi symbol yang indah.

Melalui pembentukan identitas negara-bangsa yang menjadikan ciri fisik sebagai  idealisasi yang muncul sebagai politis dan public yang menjadikan cerminan identitas suatu bangsa. Misalnya pada iklan kecantikan postmo yang ditampilkan perempuan sebagai objek ilkan untuk tampil cantik dan dapat menjadikan isu sensitive sebagai kaum femnis dan kestaraan gender.

Selain itu buku ini mengajukan permintaan sederhana agar pembaca mancakup emosi dan afiliasi teoretisnya seperti rasa, malu, afek, prasaan dan indra ke dalam riset. Representasi emosi tentang orang dari berbagai ras, gender dan warna kulit yang berbeda-beda dalam iklan kecantikan hingga majalah perempuan mencontohkan bagaimana kontruksi yang dihasilkan. Melalui emosi dan afiliasi teoretisnya untuk melihat kuasa beroerasi dalam persoalan gender melalui afek dalam keputusan orang yang mempengaruji manifestasi dalam mengelola perasaan.

Dalam memakai perspektif transnasional wacana dominan yang dijawab oleh ideal cantic putih Indonesia adalah suatu konstruksi perempuan yang merupakan prosesa panjang perjumpaan dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, penduduk Jepang dan hegemoni budaya Amerika serta upaya untuk strategi merepresentasikan dan memosisikan perempuan Indonesia dalam hierarki rasial global. Sehingga putih Indonesia dapat dipahami sebagai cara orang menafsirkan putih dalam pengertian mareka sendiri. Kecantikan perempuan yang seharusnya dikendalikan oleh perempuan bukan oleh iklan kosmetik apa lagi kontes kecantikan karena cantik bukan sebuah penilaian karna cantik bukan hanya di nilai dengan warna kulit karena cantik perempuan adalah cantik dalam berfikir.

Bagikan yuk

Sanny Nofrima