Kewarganegaraan global atau kewarganegaraan dunia dalam makna luas mengacu pada seseorang yang mengutamakan identitas “masyarakat global” di atas identitasnya sebagai warga negara (nasionalisme atau chauvimisme). Menurut konsep ini, identitas seseorang sudah melintasi batas geografi atau demarkasi politik dan manusia di planet Bumi saling bergantung dengan satu sama lain. Kosmis menyatukan. Umat manusia merupakan satu kesatuan […]Read More
Sebagai masyarakat manusia, kita telah menggunakan sumber daya alam kita di bumi ini lebih dari yang dapat diregenerasi oleh alam. Saat ini kita mengkonsumsi lebih dari 1,5 sumber daya bumi secara global dengan kecepatan yang kita jalani hari ini. Global Footprint Network mulai menghitung beberapa tahun yang lalu apa yang disebut “Earth Overshoot Day” yang […]Read More
“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.” Pramoedya Ananta Toer di Bumi Manusia, halaman 138. Setiap orang yang literat tidak bisa serta merta disebut terpelajar. Bisa saja seorang individu yang literat, tetapi tidak berbudaya, amoral, rabun etika, hegemonik, intoleran, curang, bohong, mendominasi, tidak bertanggung jawab, dan bertindak tidak […]Read More
Jika Anda pernah menonton Olimpiade Musim Dingin minggu lalu, Anda mungkin duduk melalui pertunjukan berulang dari kampanye hubungan masyarakat jutaan dolar yang dibayar oleh Big Coal mengenai potensi kemenangan teknologi “batubara bersih”. Premis dari tempat 30 detik itu sederhana: Batubara bisa bersih dan Amerika perlu melepaskan diri dari minyak mentah asing dan menciptakan lapangan kerja […]Read More
Buntut dari kebutaan panjang adalah ketidaktahuan kita akan pentingnya gerakan literasi, tentu saja dengan pengertian sifat yang emansipatif. Sebab, bagaimana pun gerakan literasi telah dikenal secara anakromisme dalam narasi yang sebenarnya jauh dari kesan emansipatif. Bahkan hal itu perlahan tapi pasti nyaris menjangkiti gerakan literasi bahkan yang dikelola independen dari struktur Negara. Di luar itu, […]Read More
Salah satu tema besar perjalanan saya dalam Ekspedisi Indonesia Baru kali ini adalah menengok kembali kekayaan yang makin kita lupakan: keragaman hayati. Kekayaan terpenting Indonesia bukan emas atau nikel, tapi biodiversitas. Indonesia adalah negeri dengan biodiversitas tertinggi di dunia. Kita punya spesies flora dan fauna dan ekosistem yang sangat beragam, dari gunung tinggi hingga laut, […]Read More
Mengappresiasi dan membersamai Webinar “Buya HAMKA di Mata Gen X, Y, Z”; yang diinisiasi oleh Majelis Keilmuan PCIM dan PCIA (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah), Mesir. Menampilkan tiga orang nara sumber : 1. Uttiek M. Panji Astuti. Journalist, Islamic Travel Writer dan Penulis Buku Serial Jelajah Tiga Daulah. 2. Shibgatullah Ahmad, Lc., Dipl. Kandidat […]Read More
Selama lebih dari tiga dekade Indonesia hidup dalam kegelapan otoritarianisme. Tahun 1998 menjadi tonggak baru. Krisis ekonomi pada 1997, fragmentasi elit, dan gerakan mahasiswa pada 1998 telah mengantarkan negeri ini memasuki cahaya baru reformasi. Pada 21 Mei 1998 rejim despotik runtuh beserta seluruh bangunan besar politik yang menopangnya. Sejumlah prosedur, mekanisme, dan kelembagaan politik demokratik […]Read More
Membicarakan Azyumardi Azra, tentunya seorang dengan cepat menyebut bahwa ia adalah pengkaji Islam kenamaan asal Indonesia. Karya “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII” yang juga merupakan karya disertasinya bahkan telah menjadi klasik bagi studi Islam di Asia Tenggara. Namun tidak banyak yang tahu jika Azra juga memiliki perhatian terhadap isu […]Read More
Hijrah ekologis artinya transformasi dari energi neraka ke energi surga-David EfendiRead More