Rezim-Rezim Ekologi

 Rezim-Rezim Ekologi

Isu ekologi dalam berbagai bentuknya, ketahanan pangan, kebakaran hutan, proyek reklamasi, penambangan, dan perkebunan sawit terus menerus menjadi topik kunci yang diajukan oleh warga sipil menjelang Pilpres tahun 2014. Selain isu mengenai HAM dan Agama, tuntutan perbaikan ekologi sekarang menjadi indikator kontrol populer. Jerix, pentolan grup music Superman is Deaddi akun Instagram pribadinya berulang kali menghubungkan isu ekologi dan isu politik. Jerix menyerukan “Jangan pilih pemimpin yang mendukung reklamasi”. Kampanye semacam ini telah memberi pengaruh dan dorongan moral bagi perjalanan gerakan ekologi populis di Indonesia. Penyanyi dan penulis lagu semacam Melanie Subono melibatkan diri dengan gerakan penolakan pendirian Pabrik Semen di Rembang, Jawa Tengah. Melanie juga mengunjungi rumah warga Samin, memungkinkan akses bagi kelas menengah untuk bergesekan langsung dengan perlawanan kelompok marjinal. Tanpa mengesampingkan peranan gerakan lingkungan mainstream yang telah melakukan kajian intensif dan perlawanan struktural, apa yang dilakukan oleh aktivisi jenis baru ini mengemukakan satu hal penting. Politik kewargaan modern tidak saja bicara tentang demokrasi dan kesejahteraan, tetapi juga berkaitan langsung dengan substansi masalah kesejahteraan (Lih, Magdoff & Foster, 2018). 

Tulisan ini hendak membahas tentang bentuk-bentuk rezim ekologi dan bagaimana caranya beroperasi di antara peristiwa-peristiwa kontemporer di Indonesia. Kehadiran aktivis lingkungan jenis baru, politik ekologi kewargaan, dan politik finansial global di Indonesia yang terus menerus berhimpitan memperebutkan pengaruh dan dukungan, menunjukkan arti penting rezim Ekologi. Kerusakan lingkungan menjadi krisis skala planet. Tidak mengherankan orang-orang mulai membahas masalah ini secara intensif. Mereka mulai mengkritik kebijakan pembangunan yang tidak saja mengancam ekosistem lokal, tetapi juga memperkuat pengaruh degradasi ekologi global. Sebagian besar kajian lingkungan menekankan ekses teknologi terhadap alam, sebagian lagi menekankan pada problem konstruksi kesadaran alam manusia. Dua orientasi studi lingkungan semacam ini turut membantu kita memahami latar pembentukan rezim ekologi. Terutama untuk rezim anti-neoliberal gencar menghiasi media massa nasional. Rezim ekologi dapat dimaknai sebagai kuasa pengetahuan yang hadir dalam perdebatan tentang makna sistem daya dukung kehidupan. Ini merupakan cara kita memahami relasi antara gerakan lingkungan dalam skala personal dan kolektif dengan konfigurasi sosial dan politik. Persoalan fundamental krisis ekologi memang terletak pada transformasi mode produksi dan konsumsi yang berarti terjadi dalam ranah objektif (Moore, 2011). Tapi itu tidak berarti bahwa persoalan krisis ekologi tidak berhubungan sama sekali dengan konstruksi kesadaran dan gaya hidup sebagai ranah subjektif (Castells, 2010). Kerusakan lingkungan selain didorong oleh pertumbuhan ekonomi pro-akumulasi kapital, juga diperantarai oleh spirit modernis. 

Tulisan ini berupaya untuk merangkum secara besar bentuk-bentuk rezim ekologi ke dalam lima kategori. Kategori rezim ekologi neoliberal, kritis, marxis, naturalis, dan ekofeminis. Pembagian lima kategori ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, setiap kategori rezim ekologi memperlihatkan secara garis besar kerangka teori yang digunakan untuk melegitimasi konstruksi narasi ekologi. Kedua, setiap kategori memiliki titik revitalisasi yang bermaca-macam kendati berada dalam satu garis teoritis yang sama. Ketiga, setiap rezim berfungsi sebagai analisis,  mewakili kompleksitas teori gerakan lingkungan. Keempat, meskipun klasifikasi rezim ekologi semacam ini bukan merupakan hal baru dan juga mungkin terjatuh ke dalam pretensi reduktif, tapi kategorisasi seperti ini tetap membantu kita memahami luasnya cabang rezim ekologi. 

Rezim Neoliberalis merupakan model sistem ekonomi-politik yang menekankan pada pentingnya pertumbuhan modal bagi kesejahteraan. Tujuan utama kegiatan manusia adalah eksplorasi, menemukan sumber daya baru untuk mengganti pemakaian sumber daya lama. Rezim Neoliberalis digunakan sebagai formula pembangunan ekonomi global, bertopang pada perdagangan skala internasional, ekonomi moneter, dan strategi komodifikasi. Rezim Ekologi Neoliberalis memandang bahwa daya dukung ekosistem sangat bergantung pada pengendalian polusi, manajemen bisnis berkelanjutan, dan pengendalian populasi. 

Rezim Kritis merangkum model filsafat alam pascamodern, berasal dari refleksi bahwa modernisasi membawa masalah baru bagi ekosistem. Perang Dunia I dan II, menghasilkan ekses lingkungan yang luar biasa. Kepunahan satwa, pencemaran air laut, tumbuhnya jenis penyakit baru, kerusakan kesuburan tanah, dan model ekonomi yang kian kapitalistik telah menyumbang bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sasaran utama Rezim Kritis adalah merevitalisasi sistem pendidikan, ekonomi, dan politik. Penekanan utama Rezim Kritis adalah revitalisasi sistem kehidupan manusia, memperbarui lagi relasi antara manusia dan alam. 

Tabel

Rezim-Rezim Ekologi

Rezim Wacana dan Program Habitus
Neoliberalis Populasi meningkat, pangan terbatas (Malthusian)Pembangunan BerkelanjutanPolusi dan limbah (yang diproduksi oleh negara-negara Asia-Afrika) sebagai penyebab utama perubahan iklim Individualistik,Sendentari,Komodifikasi, antroposentris, monokultur
Kritis Kesadaran ekologi adalah puncak tertinggi pemikiran manusia Komunalistik,Refleksi modernitas,Ekoliterasi
Marxis Degradasi ekologi merepresentasikan relasi ekonomi-politik yang timpang Komunalistik
Naturalis “Kembali ke Alam”pembaruan identitas  Komunalistik, ekosentristik,Permakultur
Ekofeminisme Sistem patriarki sebagai penyebab hirarki sosial berperan pada antagonisme manusia terhadap alam  Egaliteristik

Rezim Marxis merupakan penantang terlama dan utama berbagai rezim yang dilatari oleh semangat akumulasi kapital. Rezim Ekologi Marxis mengadopsi kritik Marx terhadap cara kerja kapitalisme. Bagi Rezim Marxis, persoalan ekologi secara substansi berhubungan dengan penguasaan dan konsentrasi alat produksi. Sistem produksi semacam ini menghasilkan hirarki dan penumpukan kapital terpusat, mengakibatkan penyerapan total atas manusia dan alam. Dalam ekonomi kapitalistik, tidak ada ruang dialektik antara pemodal, pekerja, dan alam. Pemodal tidak saja menguasai alat produksi tetapi juga menguasai pekerja dan alam. Sejak era neoliberal, pemahaman terhadap alat produksi berkembang. Tidak lagi sekedar instrumen mode produksi, tetapi berubah menjadi kuasa hegemonik. Pengetahuan, legitimasi kekuasaan, dan militerisme menjadi wujud lain dari “alat produksi” neoliberal.

Rezim Naturalis merupakan model gerakan lingkungan yang dimaksud mengacu pada gerakan “kembali ke alam”. Rezim naturalis ini menekankan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan kesetaraan antara manusia dan lingkungan. Manusia bukan satu-satunya yang berhak untuk menuntut kehidupan berkelanjutan, hewan dan tumbuhan juga memiliki hak yang sama. Rezim naturalis ini merentang dari gerakan Non-Pemerintah hingga ke gerakan-gerakan populis yang tumbuh di kawasan pinggiran. Dibandingkan dengan berbagai rezim ekologi lain yang fokus menghentikan laju ekonomi modern, Rezim Naturalis telaten membangun sistem tandingan sendiri. Mereka membangun sistem pertanian dan perkebunan multikultur serta memutus penggunaan komoditas hasil produksi massal. Rezim Ekofeminisme merupakan model kritik sistem yang memadukan antara basis teori feminisme dan ekologi. Perpaduan ini menghasilkan pandangan bahwa sistem patriarki dan orientasi maskulinitas tidak saja berakibat pada kekerasan struktural terhadap perempuan tetapi juga lingkungan. Degradasi ekologi ditandai oleh hal yang serupa, yakni penindasan terhadap kelompok marjinal dan minoritas (orang Dalam, Perempuan, anak-anak, dlsb) serta perampasan daya berkelanjutan lingkungan. Ekofeminisme mengkritik sistem hirarki sebagai penyebab kerusakan sosial dan lingkungan. 

Bagikan yuk

Fauzan A Sandiah