Saya sangat tertarik sekaligus terharu pada tema sekolah pemuda ekoliterasi yang disarikan oleh pegiat literasi dari pergumulannya, dari merawat obrolannya saban hari. Suara jernih itu dikerangkai dalam tema yang menggugat di hari sumpah Pemuda: Titik Temu Prakarsa Keadilan Iklim. Ada titik temu karena selama ini banyak hal dibiarkan terpisah, dipisahkan oleh gerak oligarki, atau oleh […]Read More
Sebagaimana kita saksikan dari berbagai laporan saintifik yang dihasilkan oleh beragam level ilmuwan menunjukkan krisis ekologi di bumi semakin akut seperti memanasnya suhu bumi diikuti mencairnya es di kutub. Salah penyebababnya adalah akselerasi deforestasi. Wajar, fenomena climate refuge tidak terhindarkan. Ini adalah satu latar belakang diselenggarakannya sekolah pemuda ekoliterasi di Rumah Baca Komunitas (RBK). Alasan […]Read More
Walaupun pembangunan sebagai sebuah rezim kemajuan yang merusak dan negatif terpaksa penulis mencoba memoderasi bahwa terminologi ini tetap bisa memiliki wajah kemanusiaan dan ekologis. Ini hanya upaya memudahkan berkomunikasi dengan pembaca mengingat banyaknya serangan kritis dan dahsyat akan bahaya dari pembangunanisme atau developmentalisme. Vandana Shiva, Craigh Johnson, James Ferguson, Tania M. Lee, Frederick Schaffer, Robert […]Read More
“buku merubah takdir orang-orang, orang-orang merubah takdir buku-buku” Pada tahun 2007-2008 beberapa orang yang berada dalam satu kontrakan yang notabene statusnya adalah mahasiswa cum activist yang di dalamnya menyimpan kekayaan ragam buku yang cukup banyak karena minat disiplin ilmu yang sangat beragam mulai dari politik, buku hasanah agama, pertanian, psikologi, hukum, dan peternakan. Seiring berjalannya […]Read More
Percakapan-percakapan getir . . Yang maha getir bukan kematian Lalu apa? Ketakpahamanmu akan hakikat mati Apa mati menurutmu? Seperti kau tak pernah dilahirkan Dan kau tak pernah menatap tikus sebagai tikus binatang pemakan kertas dalam rak rak bukumu Lalu apa lagi? Kau akan rasakan dan tak punya waktu untuk membagi rasa itu Apa nasehatmu? Kau […]Read More
Maut itu Ada di dalam diri kita Kalau kau cinta, ia bisa mendatangimu kapan saja 2021 Udara kita Nafas kita Detak jantung kita Terbuat dari Innalillah… Suka duka Terbit tenggelam Menyatu di dalamnya 2021 Kau tak sepunuhnya bisa usir gelisahmu Resahmu Rindumu Ketakutanmu Begitu juga pada kematian Kau harus cinta berbagi kamar tidur […]Read More
Keyakinan bahwa krisis ekologi juga disebabkan oleh krisis spiritual makin banyak diaminkan oleh para pemantik diskusi dan peserta diskusi di zoom (baca: eco-zoomiyah). Tak perlu saya membawa bukti satu-satu sebab hasanah teologi dan agama belum banyak dijadikan referensi untuk membela lingkungan hidup—artinya ada krisis pengetahuan agama dan akhirnya krisis refleksi pada ajaran-ajaran mulia di dalamnya […]Read More
Saya kira Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah keagamaan dan organisasi sosial tidak sepenuhnya dapat dilabeli sebagai organisasi yang terlambat di dalam memberikan respon, sebagai tanggung jawab moral keagamaan, terhadap krisis lingkungan baik dalam konteks keindonesiaan maupun dalam skala yang lebih besar yaitu krisis ekologi global. Mengapa demikian, hal ini disebabkan oleh core bisnis yang memang tidak […]Read More
Tahun penuh gulma Tahun harapan dipadamkan Despotan keranjingan Otoriter halusan Otoriter kasaran Seperti bakso urat dan bakso alus Dalam satu mangkok republik . . Kekerasan marajela Di mana mana: kekerasan ada; Di dalam almari kaca Di dalam segelas air Di dalam arsip-arsip gawai Di mana mana, di mana saja . Ku mencari damai Di sarang […]Read More
Suatu hari di saat pandemi Rapat keprihatinan Mengutuk despotisme di tengah pandemi Zaman otoriter bergerak Mengarak kurban kamanusiaan Festival kebobrokan moral Permufakatan buruk dimuliakan Permusywaratan anti perbedaan digalakkan . . Serambi represif Kaum despotan kun fayakun berdecak penuh kemenangan Di atas tumpukan mayat mayat yang dibedil dan ditambangtumbangkan Sak begja begjane urip nang zaman otoriter, […]Read More